Sunday, October 26, 2014

Si Kutu Buku Cintaku

Jarang berada di rumah bukan berarti saya tak pernah 'nonggo'.  Kadang karena satu dan lain hal saya 'terjebak' percakapan yang biasanya berakhir dengan 'no win-win solution' ;)

Apa coba itu percakapan koq pakai win-win solution segala? Agar lebih jelas berikut petikan percakapan saya dengan salah satu tetangga, saya namain Bu Karyo saja ya biar lebih aman. Nanti kalau sebut nama asli kasihan si ibu tersebut kalau tenar mengalahkan mbak princess yang cetar itu :)

Percakapan antara saya dan Bu Karyo


 Bu Karyo (BK) : Gimana sih bu agar Si Ogih (nama samaran juga), anak perempuan saya itu bisa seperti Vivi?
 Saya : Seperti Vivi yang seperti apa Bu?
 BK : Itu lho, Vivi kan senang sekali membaca. Kutu buku. Enggak nonton tipiiii mulu.
 Saya : Nah kalau Si Ogih nonton televisi terus, Bu Karyo ngapain donk?
BK : Ya rebutan remote tipi lah sama Ogih, Bu. Enak aja, saya kan tak mau ketinggalan sinetron paporit.

 Yaelah Bu Karyo, kirain Bu Karyo senang baca koran atau apa gitu. Ternyata setali tiga uang dengan putrinya :)


Perbincangan dengan Bu Karyo itu membuat saya teringat kembali tentang informasi yang sebelumnya pernah saya dapatkan dari pengajar PAUD dimana Sinang saya titipkan untuk bermain di sana. Beliau mengatakan bahwa media yang paling tepat untuk merangsang atensi adalah melalui visual learning. Sudah saya praktekkan dengan menyediakan berbagai flash card semacam ini


Flash card seperti ini sangat membantu anak untuk melatih konsentrasinya, mengembangkan daya ingat otak kanan, dan yang jelas menambah kosa kata. Sangat jauh berbeda efeknya bila sejak dini anak terpapar media audio visual seperti televisi. Anak belum bisa memilah tontonan mana yang harus dilihat seperti orang dewasa. Justru di sinilah peran orang tua untuk mengendalikan terpaan media yang dapat menghambat tumbuh kembang anak.

 Sudah banyak wacana yang menyampaikan bahwa efek dari menonton televisi, apalagi bila terus menerus dan dalam jangka waktu yang panjang, akan terjadi kelelahan pada otot mata. Hal ini tidak hanya berlaku bagi anak yang suka menonton televisi, namun juga bisa terjadi pada anak yang terus menerus menatap layar monitor PC ataupun laptop.

Kebetulan saya sendiri memang jarang sekali menonton tivi. Bekerja 6 hari dalam seminggu membuat saya lebih memilih menghabiskan waktu di rumah bersama anak-anak ataupun melongok beberapa link penting di internet.

Sebentar, saya mau tanya sedikit nih tentang masalah nonton tivi tadi. Pernah nggak perhatiin saat anak-anak kita menonton tivi, sering berkedipkah mata mereka? Biasanya saat mengikuti tayangan favoritnya di televisi ataupun menyetel film kartun melalui VCD/DVD Player, anak-anak akan tersedot perhatiannya secara luar biasa hingga jarang berkedip. Padahal berkedip itu sendiri berguna untuk merawat mata, melindunginya agar tidak kering dengan cara menjaga sirkulasi air mata. Kandungan antibakteri dan nutrisi yang ada di dalam air mata adalah senjata utama untuk membersihkan kotoran mata, memberikan pelumas bagi mata, dan yang paling penting adalah mengalirkan oksigen ke berbagai bagian mata.

Apabila anak dibiarkan menonton televisi terlalu lama (mungkin dengan maksud agar diam dan tidak rewel), anak akan terbiasa selalu berada di televisi saat menjalankan rutinitasnya di rumah. Mau makan ataupun tidur maunya ya sambil menonton. Sepertinya orang tua menjadi tidak repot dengan hal ini, asal anak diam lah. Namun resiko di masa mendatang jangan dilupakan.

 Salah satu pembahasan tentang efek buruk menonton televisi saya dapatkan di SH News.Co yang menuturkan tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh University of Montreal. Bagi bayi berusia dua tahun, kelebihan 1 jam saat menonton televisi (dari batas toleransi 2 jam per hari) dapat menimbulkan efek negatif pada kemampuan akademik dan lebih beresiko mengalami bullying. Hal ini terjadi karena anak kurang mampu mengikuti proses membesarkan diri yang bersumber pada rendahnya konsentrasi dan fisik yang tidak sehat. Padahal pada usia dini seperti itu, perkembangan kognitif harus lebih diperhatikan. Anak sebaiknya dilibatkan dalam berbagai aktivitas yang lain agar waktunya tidak hanya dihabiskan di depan televisi.

Nah, pada percakapan di atas jelas terlihat darimana sumber 'kutu televisi' berasal. Mana bisa Si Ogih dipaksa untuk gemar membaca seperti putri saya, sedangkan ibunya saja penggemar berat televisi. Anak yang merupakan imitator handal tentu saja akan mengikuti kebiasaan orang tuanya. Bu Karyo tidak tau, hampir seluruh uang saku putri saya ditabung untuk membeli berbagai buku bacaan kesayangannya.



[caption id="" align="aligncenter" width="300"] sebagian koleksi buku Vivi[/caption]
 Kegemaran membacanya itu tentu tidak begitu saja turun dari langit. Saya dan ayahnya meskipun bukan penggila buku level akut, secara teratur meluangkan sedikit waktu untuk menikmati saat senggang dengan membaca. Entah itu surat kabar, majalah, ataupun sekedar novel ringan kesukaan saya. Dari kecil putri saya melihat kebiasaan kami ini terus menerus. Jadi akhirnya kami sering bersama-sama menghabiskan waktu bersama di pojok baca rumah kami.

Meskipun bila diajak bicara orang lain masih menyahut seperlunya, putri saya ini selalu kemana-mana ditemani buku-buku kesayangannya. Saat hangout bareng emaknya dia bawa buku. Diajak jalan-jalan keliling kota naik Damri, juga bawa buku. Bahkan saat hendak berangkat tidur pun buku masih tetap menjadi teman setianya. Sampai-sampai angpau lebarannya kemarin yang hampir setara dengan separuh gaji UMR itu akan dihabiskannya untuk membeli buku (tentu saja itu tidak terjadi, si ibu sudah sewot mengamankannya). Sungguh si kutu buku yang hampir selalu membahayakan posisi dompet orang tuanya saat jalan-jalan ke toko buku di tanggal 'tuwek'. :D

Saya senang sekali bisa membuat putri kesayangan saya ini bahagia dengan dunia bukunya. Meskipun harus melalui sekian waktu jeda tak bersama saya, putri saya ini masih bisa melakukan banyak hal yang bermanfaat. Kegemaran membacanya ini juga membuat dia mulai menyukai dunia tulis menulis. Beberapa kali tulisannya sudah mejeng di buku antologi terbitan salah satu penerbit mayor yang biasa mempublikasikan tulisan anak-anak. Proud of you, Honey...



[caption id="" align="aligncenter" width="430"] dimana pun dan apapun tempat duduknya, yang penting baca[/caption]
 Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Every Mom Has A Story #stopmomwar'


Tulisan ini re-post dari tulisan lama yang saya revisi untuk keperluan mengikuti GA Every Mom Has A Story

11 comments:

  1. Keren Vivi..emaknya juga keren..energimu sebesar apa toh Mak? kerja 6 hari seminggu bisaselalu fit dan ceria..dua jempol deh

    ReplyDelete
  2. setuju juga...anak mengikuti kebiasaan orang tuanya. Di rumah aku jarang sekali menonton tv, jd anak2 juga ga bermasalah saat tv ga menyala.
    Gutlak ya GA nya.
    Jgn lupa ikutan GA ku juga yauw...xixixi

    ReplyDelete
  3. Waaaah, vivi udah nulis juga, kereeeeeen anaknya Mbak. Ortu adalah model bagi anak, jadi memang ortu kudu doyan baca juga, yah :)

    ReplyDelete
  4. Tumben Mak tulisane serius? Apik #KomentarNdakNyambung

    ReplyDelete
  5. Koleksi buku Vivi banyaaak, bisa buka persewaan tuh :D

    ReplyDelete
  6. Anakku yang sulung jg seneng baca, tapi belum seperti Vivi. Sukses GA-nya mak :)

    ReplyDelete
  7. Kebiasaan membaca memang harus dibiasakan sejak kecil ya mbak..

    ReplyDelete
  8. Wiih.. Vivi kereeeenn.. sekeren emaknya ya pastinya ;)
    sukses GA nya ya, Mbak :)

    ReplyDelete
  9. Wuih.. mbak vivi keren. Semoga lancar dan sukses untuk kedepannya..
    Bahagia sekali ya mak melihat anak sudah tau apa kegemaran dan bakatnya :)

    ReplyDelete
  10. Vivi.. terus berkarya ya sayang..
    Salut sama mak uniek,,keren.. anak2nya pasti bangga dengan mak.. ^_^

    ReplyDelete
  11. blogmu akeh men mba....
    aku ini raffi ga terlalu suka buku huhuhuhu

    ReplyDelete