Thursday, March 31, 2016

Kisah Masa Kecil yang Berulang



Setiap kali memandang si sulung yang entah sedang bermain dengan temannya ataupun sedang sendirian, tetap saja rasa takjub ini tak bisa hilang. Serasa belum lama Ibu menggendong dan meninabobokannya, namun kini Kakak telah menjelma menjadi seorang gadis cilik yang tubuhnya sudah hampir sama tingginya dengan Ibu.

"Kak, tinggi banget sih badanmu, kebanyakan makan ya?"

Lalu dia pun melengos dan cemberut. Hahahaaa... Ibu suka sekali melihat wajah Kakak yang cemberut. Jutek banget. Persis sekali dengan wajah emak antagonis yang sering dibicarakan di kalangan emak blogger ;)

Menghadapi tingkah laku gadis kecil yang baru bertumbuh itu membutuhkan perjuangan tersendiri. Kepintarannya mengolah kalimat saat diberitahu tentang sesuatu hal seringkali di luar prediksi. Maunya sih Ibu memberi saran tentang sesuatu, tetapi Kakak selalu punya seribu respon tak terduga.



Sepertinya apa yang terjadi ini menjadi refleksi masa lalu. Ibu jadi ingat kalau di masa kecil dulu Ibu juga seperti itu. Gemar merespon dengan 'bahasa kelas tinggi' saat Kung dan Ti menegur karena ada sesuatu hal yang kurang berkenan.

Masih teringat sekali saat masih kecil dulu Kung mengingatkan Ibu agar tidak suka duduk di kursi makan sambil mengangkat kaki ke atas kursi.

"Anak perempuan kok duduk jegang, kakinya ke atas. Nggak baik." Begitu dulu almarhum Kung menegur.

"Lha itu Bapak juga kakinya ke atas kok."

"Tapi kan Bapak laki-laki. Anak perempuan pake rok kan nggak sopan njegang."

"Iya nanti roknya diganti. Habis ini pakai celana saja."

Kung pun langsung terdiam seribu bahasa karena kena skak mat Ibu lho, Kak ;) Hahahaa dari kecil Ibu memang suka ngeyel. Lagian Kung alasannya juga nggak ilmiah sih, jadi layak sekali didebat. 

Kini kisah perdebatan di masa kecil Ibu serasa kembali berulang pada fragmen berikut ini :

"Mbokya jangan suka marah-marah to Kak kalau sedang bicara dengan orang. Orang lain bicara baik-baik kok Kakak seperti itu sih nanggepinnya," saranku suatu hari saat Kakak meradang.

"Ibu juga suka gitu, kalau kuajak bicara marah-marah melulu."

JLEB. Lalu hening....

Memang benar ya, anak itu imitator handal, dia akan merekam semua kejadian yang dilihatnya dan menirunya. Apa yang Kakak lakukan itu sungguh membuat Ibu terkenang kembali masa kecil dulu. Betapa dekatnya Ibu dengan Kung gara-gara seringnya membantah itu. Kadang-kadang Kung marah saat Ibu mendebat, namun tak jarang pula Kung akan tertawa terbahak-bahak gara-gara kelucuan peristiwa adu argumen antara Kung dan Ibu.

Kak, setiap kali Kakak tak kehabisan kata saat menghadapi Ibu, sejatinya Kakak membuat rindu Ibu semakin menggelora. Kerinduan pada masa kecil Ibu yang indah besama almarhum Kung dulu. Meskipun Kung galak dan suka marah-marah, Ibu tau Kung amat menyayangi Ibu. Sebelas dua belas lah dengan sayang Ibu pada Kakak.



I love you to the bone, my darling.

2 comments:

  1. kenangan masa kecil memang salah satu kenangan yang paling indah dalam hidup setiap orang...

    ReplyDelete
  2. Ibu jangan marah-marah makanyaaa :).. Great memories are what we all need

    ReplyDelete