Monday, September 9, 2013

Kisah Sepotong Handuk


Gambar di atas maksudnya apa ya? Pamer? Ah, tidak. Masa handuk sudah jelek seperti itu dipamerkan. :D

Ada ibu yang luar biasa bahagia saat anak perempuannya sudah bisa menjemur handuk dengan rapi seperti itu. Loh, apa hubungannya bahagia dengan menjemur handuk?

Menanamkan disiplin pada anak memang beragam caranya. Ada yang bak prajurit, namun ada juga yang lemah lembut bersahaja. Nah kalau Si Ibu ini masuk tipe yang mana? Tidak dua-duanya ;) Terkadang bersikap keras karena sulungnya itu 'pengeyelan' luar biasa. Namun harus berubah kalem dan bicara perlahan-lahan saat Sang Putri sedang terjalar galau (beuh, kayak anak muda jaman sekarang saja, dikit-dikit galau) :D


Salah satu hal yang perlu ditanamkan dalam kedisiplinan itu adalah kebiasaan baik yang dilakukan secara rutin. Untuk level pemula, dalam hal ini anak-anak berusia di bawah 7 tahun, yang paling ringan untuk diajarkan adalah pengulangan berbagai aktivitas ringan seperti mengembalikan mainan ke kotaknya, meletakkan tempat minum di meja (bukannya sembarangan di lantai), makan dengan tangan kanan, dan berbagai hal semacam itu.

Nah, putri Si Ibu ini terbilang kurang mandiri. Meskipun sering diingatkan untuk langsung menjemur handuk selesai mandi, tetap saja handuk itu akan tergelung menggumpal di pojok tempat tidur, kadang-kadang tersampir secara sembarangan di sandaran kursi belajar. Hanya hal-hal kecil sebenarnya, namun bermula dari hal kecil seperti inilah akan terbentuk pola kebiasaan yang akan terus tertanam sampai suatu saat Sang Putri mampu memahami alasan dari 'kecerewetan' ibunya ini.

Disiplin Sang Putri sedikit naik level saat sudah bisa tertib menjemur handuk, tidak lagi meninggalkannya sembarangan. Namun tetap saja ada yang belum betul (kebiasaan nyinyir Si Ibu nih), masak menjemurnya asal-asalan begitu. Handuk hanya disampirkan sambil lalu di kawat jemuran, bukannya dibentangkan sempurna seperti gambar pertama tadi. Kan nanti keringnya tidak merata, bagian yang ada dalam lipatan tentu akan potensial terkena jamur bila berada dalam kondisi lembab terus menerus.

Itu tadi baru persoalan menjemur handuk. Belum lagi urusan mencuci sendiri peralatan makan yang digunakan. Nampak kejam ya sepertinya, anak kecil kok diminta melakukan pekerjaan yang semestinya dilakukan oleh ibunya atau asisten rumah tangga ini. Yah, memang kafilah musti terus berlalu meskipun tak ada rotan akar pun jadi :D (maaf iklan sedikit). Meskipun tetangga dan saudara menganggap itu belum saatnya, namun Si Ibu yang sebentar lagi akan merelakan putri kesayangannya ini untuk melanjutkan sekolah ke pondok pesantren, tentu tak mau buah hatinya itu nanti tersiksa saat menyadari dirinya tak bisa mandiri, tak bisa melakukan hal-hal kecil sendiri.

Lebih baik persiapan itu dilakukan sedari dini bukan? Tak perlu ngotot dengan tingkat pencapaian yang didapat si anak. Perlahan-lahan saja, mulai dari hal termudah. Yang penting penanaman pola habit saja. Rata-rata anak yang berada pada rentang usia 6 hingga 12 tahun masih lebih banyak yang memilih untuk beradu mulut dengan ibunya saat diminta melakukan berbagai kegiatan domestik rumah tangga. Seperti menyapu, mengepel, membersihkan tempat tidur dan menggosok gigi di malam hari. Namun kaum ibu jangan lekas putus asa. Memang sudah tugas seorang panutan anak, selain memberikan contoh yang baik, juga mengingatkan secara konsisten saat anak tidak melakukan aktivitas sebagaimana mestinya.

Jerih payah Si Ibu bertahun-tahun serasa terbayarkan hanya dengan memandang selembar handuk yang terjemur sempurna seperti itu. Pencapaian yang luar biasa. Juga saat selesai makan Sang Putri sudah mau (meskipun kadang-kadang saja) untuk mencuci piring dan sendoknya di bak cuci. Great, girl :D

Nah, apa pencapaian putra-putri dari ayah dan ibu pembaca tulisanku ini? Bisa menalikan sepatunya sendiri di usia 5 tahun, bisa minum dari gelas tanpa tercecer, bisa mengembalikan mainannya yang berserakan di lantai ke box mainan semula, atau apa lagi? Hargai dan syukurilah pencapaian ini. Ayah dan ibu sedang menanamkan amal di ladang kebaikan yang luas tak bertepi. Sesuatu yang semula berat dilakukan namun akan sangat kita syukuri di kemudian hari manakala buah hati sanggup mandiri dan berprestasi berkat kedisiplinan yang ditanamkan secara perlahan-lahan namun pasti itu.

Untuk Si Ibu, semua itu mengalir saja. Aliran yang membuatnya bahagia. Bahagia yang sederhana saat melihat sepotong handuk terjemur sempurna oleh putri kesayangannya :)

15 comments:

  1. pencapaian hal-hal kecil pun seharusnya sudah bisa bikin kita bahagia, ya :)

    ReplyDelete
  2. Ternyata aku miss, kalau aku sedari kecil sudah diberi contoh, bukan diajari untuk merapikan apa yang memang telah kita pakai.

    Curcol niih, kebalikannya dengan suamiku, jemur handuk masih lebih bagus dari pada adikku yang cowo pas dia berusia 6 tahun. Itu aku udah seneng kalau sudah dijemur meskipun dalam keadaan tidak wajar *ngegumpal gitu... Yang paling membuat aku ngelus dada, ketika handuk tersebut secara sengaja dijelontrokin begitu saja di tempat tidur atau dipojokan kamar *wes koyo lap. Nangis aku Mak...

    Jadi aku menarik kesimpulan, memang orangtua wajib memberi contoh kepada anak-anaknya sedari kecil, memberi contoh ya, kalau mengingatkan mungkin anak kecil masih menganggap hal tersebut sepele.

    ReplyDelete
  3. Eaaa...komenku kok panjang men. Yuuuup kebahagiaan itu mengalir dari apa yang kita nikmati setiap detiknya

    ReplyDelete
  4. Iya, bener banget Mak Astin. Bahagia itu ada dimana saja dan kapan saja :)

    ReplyDelete
  5. Anak dengan perkembangannya sendiri2 ya Mbak, sekecil apapun usaha anak harus dihargai.

    ReplyDelete
  6. Iyes, bener banget Teh Dey, sulungku baru bisa jemur handuk seperti itu di usia 8 tahun aja udah seneng banget aku :)

    ReplyDelete
  7. Pengeyelan?qeqeqe..podo sama anak pertamaku..opo cen nek mbarep ngono yo Mba Uniek? Alhamdulilah, ikut seneng lihat Mba bisa sukses menanamkan disiplin sama anak.

    ReplyDelete
  8. betul mak.. betul... aku juga selalu bahagia dengan apa yang dilakukan oleh anak2ku meski itu hal yang sederhana sekalipun.

    ReplyDelete
  9. nggak ngeyel itu nggak afdol kale ya Mba Ety hihihiii

    ReplyDelete
  10. kita aja bahagia ya mak liat anak udah bisa belajar, apalagi kalau usaha mereka kita hargai, jadi makin seneng deh mereka, kita makin bahagia deh, hihihi

    ReplyDelete
  11. walau udah emak-emak gini..., kadang aku suka naruh anduk sembarangan....

    bener kata mak uniek... pembiasaan dari kecil.... :)

    ReplyDelete