Wednesday, March 30, 2016

Kapan Mudik Lagi?



"Ibu, kapan kita mudik lagi?"

Sebuah pertanyaan ringan dan umum nih sebenarnya, tapi khusus untuk Ibu jadi rumit saat harus menjawab pertanyaam tersebut.

Apa pasal kok jadi rumit?

Memiliki orang tua yang tinggal sekota dengan kita tentu saja membuat urusan mudik menjadi hal yang susah dideskripsikan. Saban hari saban waktu kan bisa mengunjungi orang tua :) Dan bagi anak-anak, kapan pun Kung dan Ti (kakek dan nenek) kangen, bisa langsung luncuran deh.

Dulu saat Yang Yut masih ada, hampir setiap tahun keluarga besar yang ada di Semarang mengunjungi Yutkung dan Yut Ti (eyang buyut kakung dan eyang buyut putri) di Wates, Yogyakarta. Wilayah kecil di Yogyakarta yang lokasinya justru lebih dekat ke Purworejo itu selalu ngangeni.



Suasana pedesaan yang khas dengan bentangan sawah dan peternakan menjadi salah satu hal yang disukai anak-anak. Kakak dan Adek yang biasanya berkutat di rumah yang saling berhimpit, menemukan banyak hal mengasyikkan di desa tempat Yangyut mereka tinggal. Sawah, pohon kelapa, sapi-sapi yang berkeliaran di sekitar rumah, bahkan ada pula kuda-kuda yang hilir mudik mengikuti majikannya sang penarik andong.

Tipikal bocah kota nanggung kan ya, lihat sawah saja heran :)  Itulah kenapa anak-anak suka menanyakan kapan mudik lagi. Mudik tak hanya sekedar kembali ke rumah orang tua maupun kakek-nenek. Mudik menjelma menjadi suatu ruh tersendiri yang selalu mengundang jiwa untuk pulang. Pulang kemana sudah tak membutuhkan lagi jawaban. Hanya hati yang bisa merasakannya.

Ibu jadi ingat salah seorang teman ngeblog yang bernama Tante Melly Feyaddin nih. Di salah satu grup whatsapp Tante Melly sering menceritakan kerinduannya kepada sang ibu di Lampung. Kerinduannya untuk mudik inilah yang mungkin sama dengan rasa rindu yang Ibu rasakan saat ingat Wates ya Nak. Meskipun di sana tak ada Kung maupun Ti, tapi kok ya rasanya selalu ingin kembali ke teduhnya pepohonan yang ada di desa itu, aroma tanah dan bau kotoran sapi yang samar-samar selalu tercium dari kejauhan. Rindu.

Sebenarnya tak sekedar berlibur saja saat Kakak dan Adek berkunjung ke desa tempat tinggal keluarga besar Kung di Wates. Selain menikmati segarnya suasana pedesaan, Kakak dan Adek jadi lebih mengenal anggota keluarga mereka yang berada jauh dari Semarang. Merekatkan selalu tetesan darah yang sama dalam tubuh merupakan salah satu hal penting yang sebaiknya dilakukan. Tetangga di dekat rumah memang menjadi keluarga terdekat kita. Namun bukan berarti saudara sedarah yang tinggal berjauhan tak lagi penting untuk dikenal kan?

Meski sekarang Yutkung dan Yut Ti sudah tiada, di Wates masih tinggal simbah-simbah yang lain. Seringkali mereka rindu pada kehadiran keluarga besar Semarang. Namun apa daya, sudah beberapa Syawal ini kami tak kesana.

Apa sih pentingnya mengunjungi famili jauh?

Yang jelas dengan melakukan kunjungan itu kita tetap menjaga silaturahim dengan keluarga sendiri yang tinggal berjauhan. Sekedar mengetahui kabar saudara yang baik-baik saja itu membuat diri kita tenang. Tentunya kita tak mau kan orang-orang tersayang kita berada pada kondisi yang tidak nyaman.

Bepergian jauh mengunjungi saudara menjadi salah satu hal yang menggembirakan untuk anak-anak. Mereka keluar dari zona rutinitas di rumah, menemukan berbagai pengalaman baru saat liburan ke rumah saudara. Makin banyak saudara yang mereka kenal, makin seru petualangan di suasana yang berbeda, makin bergairah jiwa mereka saat nanti pulang ke rumah.

Ya, Ibu senang sekali setiap kali Kakak dan Adek bercerita riuh rendah tentang kunjungan mereka ke Wates. Meski kunjungan keluarga kesana tak lagi bisa dibilang mudik (karena sudah tidak ada lagi eyang yang kami kunjungi), namun selalu saja rasa ingin pulang menarik-narik kami terus untuk ke sana.

Kapan mudik lagi Bu?


Segera, Nak, segera. Doakan saja Ayah dan Ibu bisa menyisihkan sedikit rejeki untuk membawa langkah kita ke Wates lagi. Ibu juga sudah rindu pada Pantai Congot yang panas namun mempesona. Rindu pada geblek dan tempe benguk yang hanya bisa ditemukan di Pasar Wates. Kangen pada obrolan-obrolan tak kenal henti dari para Mbahlik yang lucu-lucu. Berkisah tentang berbagai cerita lalu saat Ibu kecil, Nak.

Suatu saat kalian pun akan mengajak anak-anak kalian mengunjungi Ibu kan, Nak? Semoga Ayah dan Ibu masih diberi rejeki umur untuk menyaksikan kalian bertumbuh dan berkeluarga, supaya kerinduan akan mudik yang selama ini kalian rasakan tak akan pernah berhenti. Rindulah selalu pada kami Ayah dan Ibumu, anak-anakku sayang :)

7 comments:

  1. Faiz juga sedang bertanya terus nich Mbak, kapan ke rumah uti? kapan Lebaran? kapan kita mudik...rasanya aku juga semakin kangen dengan kampung halaman kalau Faiz tanya terus,

    ReplyDelete
  2. Sudah jarang banget main ke desanya Mbah, sejak mereka meninggal :(

    ReplyDelete
  3. Aahh. Aku jd kangen ibu. Pengen mudik lg :(

    ReplyDelete
  4. Apalagi akuuuuu pengen bangeeet mudiiik hehehe

    ReplyDelete
  5. saya juga nih jadi kangen kampung sama keluarga... saat kumpul keluarga suasana yg tak tergantikan...

    ReplyDelete
  6. suasana mudik itu menyenangkan memang.
    kita bisa berkumpul dengan keluarga baik kelurga jauh maupun keluarga dekat.

    ReplyDelete
  7. sejuk dan asri suasana kampung halaman di Yogya ya mbak Uniek, pastinya bikin kerinduan yang membuncah di hati anak2. Semoga terijabahi pulkam besok ya mba.

    ReplyDelete