Wednesday, June 10, 2020

Mengenalkan Konsep Self Love vs Selfish pada Anak


Harus menyelesaikan tugas sekolah dan mendapatkan nilai bagus itu egois atau bukan, Bu?

Hmm... pertanyaan yang sulit ini ya. Ketika ditanya oleh anak seputar hal ini, rada mumet juga mencari jawabannya. Di satu sisi, anak kita arahkan untuk menjadi yang terbaik, namun di sisi lain juga perlu memiliki empati pada orang lain.


Pengin dapet nilai bagus sebagai apresiasi hasil belajar atau biar lebih hebat dibandingkan anak lain?

Nah, ini dia. Ada hal mendasar yang perlu disadari oleh orangtua ketika menerapkan prinsip dasar bagi anak. Memacunya untuk berprestasi jelaslah berbeda dengan menyemangatinya untuk mengalahkan orang lain.

Setiap anak memiliki kemampuan tersendiri, yang bisa jadi amat berbeda dengan karakteristik anak yang lain. Jika rata-rata murid di sekolah sudah masuk ke zona aman ketika mendapatkan nilai 7, apakah dengan memacu anak kita mendapatkan nilai 9 agar lebih dibandingkan dengan anak yang lain bisa menjadi pilihan yang tepat?

Balik-baliknya lagi ke orangtua yang selalu menjadi support system anak-anak di masa-masa penting pertumbuhannya. Tak hanya menyertai pertumbuhan kognisi ya, banyak hal lain di luar kepintaran di lingkup sekolah saja yang penting untuk ditumbuhkan kepada anak. 

Salah satu hal yang menarik untuk dicermati adalah bagaimana anak melakukan banyak hal baik dalam hidupnya sebagai wujud self love atau mencintai diri sendiri. Terkadang orangtua lupa, menjadikan anak sebagai yang paling pintar di pelajaran matematika, bahasa, sains dan lain-lainnya belum tentu selaras dengan apa yang diinginkan anak dalam hidupnya.

Oke, ketika anak masih kecil, memang bimbingan dan arahan orangtua amat dibutuhkan olehnya. Namun itu bukan berarti orangtua bisa menjadikannya sebagai alat pemenuh kebutuhan untuk mencapai kebanggaan. Bangga kalau anaknya ranking 1, bangga si bocah pintar matematika, luar biasa gegap gempita ketika si anak menjadi pemenang berbagai olimpiade sains ataupun liga olahraga. 

Jika buah hati kita merasakan kebahagiaan karena telah mendapatkan hasil sesuai dengan usaha dan keinginannya, itu tak masalah ya, Moms & Dads. Lain halnya bila dalam memenuhi harapan orangtua tersebut, si anak harus memendam kebahagiaannya, tak bisa mengerjakan apa yang membuatnya bahagia. Duuuhh...

Bisakah dibayangkan, ketika orangtua memaksa anaknya untuk menjadi ini dan itu yang serba hebat, lalu anak pun akan menghalalkan segala cara untuk mencapainya? Jika kejadiannya menjadi seperti ini, maka konsep self love tadi sudah jauh ditinggalkan.

Self love itu beda banget loh ya dengan selfish. Tau kan ya selfish? EGOIS. 

Egois tuh lebih cenderung pada pemenuhan kesenangan pribadi dan mendapatkan keuntungan secara maksimal tanpa memperhatikan kepentingan orang lain. 

Pokoknya kamu harus duduk di depan agar jelas mendengarkan pelajaran dari guru. Udah biarin aja temanmu yang lainnya mau duduk di mana, yang penting kamu harus duduk di depan.

Itu salah satu contoh tindakan menerapkan prinsip selfish, bukan self love. Akan berbeda jauh pengertian yang bisa diserap anak ketika orangtua mengajarkan cara berpikir seperti ini:

Coba tanyakan kepada guru, bisa nggak diijinkan duduk di depan karena Adek kurang bisa melihat tulisan di papan tulis dengan jelas kalau duduk di belakang.

Bisa jadi oleh guru tidak diijinkan dengan pertimbangan prinsip kesetaraan. Tapi paling tidak orangtua sudah mengajarkan bagaimana berpikir untuk mencintai diri sendiri tanpa merugikan kepentingan orang lain.

Sudahkah dapat diterima perbedaan ini?

Ada salah satu kejadian di rumah yang unik, lucu, dan bakalan menjadi kenangan seumur hidup dalam kisah tumbuh kembang duo BocahRenyah. Di saat Kakak sedang tidak di rumah (berada di pondok pesantren), Adek yang seakan-akan jadi anak tunggal di rumah terkadang menunjukkan sikap kurang perhatian. Ibu mau ngapain aja, repot melakukan ini dan itu, ya udah asyik aja nge-game di ruang duduk.

Bakalan beda banget ketika Kakak pulang. 'Persaingan' akan mulai terlihat. Ibu jadi geli melihat hal ini, kadang ingin ngakak melihat 'strategi' yang diterapkan Adek untuk memenangkan hati ibunya.

Nggak keitung deh betapa giatnya Adek menawarkan bantuan ini dan itu kepada Ibu. Ya angkatin jemuran ketika hujan lah, ngambilin air di teko, mbawain belanjaan, dan berbagai tetek bengek lainnya yang dalam kondisi normal (tanpa kehadiran Kakak) sepertinya tak akan dilakukannya.

Jelas dalam hal ini Adek ingin mendapatkan balasan rasa sayang dari Ibu, yang tidak bakalan didapatkan oleh Kakak yang tidak ngebantuin Ibu. Hahahaa... duuh... antara geli, cinta, dan khawatir menjadi satu di dalam hati Ibu.

Ibu mengajarkan kebaikan, dalam hal ini membantu orangtua, bukan untuk bersaing gitu, Nak. Pernah loh Ibu terus terang bilang ke Adek kalau mau bantuin Ayah atau Ibu ndak boleh dengan alasan agar Ayah atau Ibu lebih sayang ke Adek dibandingkan ke Kakak. Melakukan kebaikan bukan manipulasi diri untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari kelemahan orang lain.

Sulit ya untuk dipahami anak?

Kalau mau diambil cara gampangnya untuk memahami perbedaan ini, maka karakteristik self love dan selfish adalah seperti ini:

SELF LOVE
  • Melakukan tindakan didorong oleh rasa cinta
  • Selalu mempertimbangkan diri sendiri dan orang lain sebelum mengambil keputusan
  • Tidak melulu untuk memenuhi keuntungan dan kesenangan pribadi
  • Membantu terciptanya kesuksesan di masa mendatang
Adapun sebaliknya, SELFISH lebih kepada :
  • Tindakan yang dilakukan oleh rasa takut. Takut tidak dicintai, takut tidak lebih hebat dari orang lain, takut tampak jelek, dan sebagainya.
  • Tidak mempertimbangkan keadaan orang lain sama sekali.
  • Hanya memikirkan keuntungan dan kesenangan dirinya sendiri.
  • Mencapai kesuksesan sesaat, yang penting saat itu bahagia.

Memang benar. Menjadi orangtua tuh bakalan selalu belajar terus tiada henti. Belajar untuk upgrade berbagai macam pengetahuan, terutama seputar parenting. Orangtua memang harus bisa menegakkan prinsip kebaikan yang tak akan pernah lekang meskipun digerus kecanggihan teknologi. 

Bagaimana dengan moms & dads lainnya, punya pengalaman mengajarkan bedanya self love dengan selfish kepada buah hati? Bagi dooongg ceritanya di kolom komen ya. Tingkiuuu... 



-------

Sumber referensi:
  • https://101mind.com/mindset/self-love-vs-selfish-apa-sih-bedanya/
  • https://thriveglobal.com/stories/selfish-vs-self-love/

56 comments:

  1. Lucu juga ya usaha Faris agar dapat perhatian Ibu, saat kakak di rumah. Jadi kayak bersaing dalam diam, kakak tahu gak mba?

    Aku hanya ngajak anak-anak untuk saling mendukung satu sama lain. Tujuan juga bukan segalanya, aku ngenalin anak-anak tentang proses untuk mendapatkan sesuatu dengan cara yang benar. Meski bisa saja hasilnya tidak maksimal. Namun tetap memperhatikan lingkungan, juga tidak boleh egois

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kakaknya tau kok mba, lucu memang mereka berdua gitu. Ntar giliran kesempatan lain, ganti kakaknya yang gitu. Nggemesin emang ya. :))

      Delete
    2. Iya bikin gemes kalo melihat tingkah anak-anak itu, hihiii
      Anak-anakku dulu dari kecil malah saling kerja sama gitu mbak, mungkin karena sama-sama cowok ya. Yang sulung juga bantuin adeknya, sabar banget. Padahal naufal tuh jahil waktu kecil, ternyata ketika udah nambah umur dia anak yang setia sama kakaknya. Pernah melindungi milzam waktu ditendang saat ngaji di masjid. Huhuu, aku terharu jadinyaa

      Delete
  2. Aku masih jomblo sih, tapi suka yg konten parenting.. persiapan,hehe

    ReplyDelete
  3. self love vs selfish nah ini konsep yang menarik buat diterapkan sama anak ya mba. mereka harus tau perbedaannya.

    ReplyDelete
  4. Mba bagus sekali artikelnya, look simple tapi ini ngena banget ke aku, aku belom jadi mom tapi bisa aku terapkan juga buat kegiatan aku sehari-hari dan pastinya suatu hari bisa aku terapkan ke anak-anak aku supaya mencintai dirinya dan mengajarkan untuk tidak selfish. terima kasih mba sudah mengingatkan soal self love dan selfish ini, baca ini merasa jadi banyak yang harus aku ubah dan aku perbaiki

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, Mei. Jadi orangtua itu nano nano rasanya deh. Ya bahagia, ya khawatir, ya kudu kasih contoh, dan sebagainya. Dinikmati aja ya ntar kalau jadi orangtua, Mei.

      Delete
  5. kebetulan saya sih nggak terlalu konsen sama nilai :) sejauh ini saya selalu bertanya, bisa nggak ngerjainnya? happy ga sekolahnya? nilainya puji Tuhan nggak bagus2 amat tapi juga ga jelek, tapi anaknya happy hahahaa

    ReplyDelete
  6. Aku yang belum merasakan menjadi orang tua, udah ngerasa pusing bacanya wkwk. Ngebayangin bisa gak ya aku jadi ibu yg baik buat anak2ku nanti. Sejauh ini masih belajar ngurus ponakan kalo kakak lagi ada urusan. Waktu masih bayi banget, mentok2 capeknya ya karena si bayi sering bangun tengah malem, mandiin, atau nyuci bajunya, atau paling susah menurutku adalah kalo si bayi pup. Pas udah 4 tahun hmmm hahaha capeknya ga cuma itu, ada kewajiban tambahan yaitu mendidik si anak biar jadi anak yang baik. Salut sama orang tua 😭

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ntar kalau udah remaja bakalan beda lagi mba tantangannya hehehe...
      Insya Allah jadi orangtua banyak berkahnya dengan niatan mendidik generasi penerus menjadi orang yang beramal shalih dan bermanfaat untuk orang lain dalam kebaikan.

      Delete
  7. Aku berusaha mengajarkan anakku untuk melakukan self love dan memberikan juga pandangan tentang self love. Tapi juga selalu memberikan pandangan tentang selfish biar dia juga tau tindakan yang mana yang patut dia ikuti.

    ReplyDelete
  8. Aah aku belajar banyak dari tulisan ini. Terkadang tanpa aku sadari sebagai orangtua aku suka memancing anak jadi selfish, instead of self love. Duh jadi sedih deh. Tapi self love ini memang harus dipupuk sejak dini ya mbak biar mereka tahu bahwa tiap individu itu spesial dan punya kecepatan yang berbeda dalam berkembang.

    Kalau soal sekolah, aku termasuk yang cuek soal nilai. Menurut aku nilai itu nggak jadi patokan.

    ReplyDelete
  9. Karna anakku masih toddler mungkin bisa dijelaskan dgn cara yg super sederhana ya. Tp mnrtku konsep inj emg hrs diajarin sedini mungkin, biar anak bisa mendapatkan konsep ini dgn makin kuat seiring dia tambah dewasa

    ReplyDelete
  10. Belum punya anak nih mbak, tapi baca ini jadi belajar tentang bedanya self love sama selfish. Nggak nyangka aku udah segede ini ternyata kadang sering selfish daripada self love. Huhu malu..

    ReplyDelete
  11. Aku belum ngerasain jadi orang tua, semoga bisa dan harus bisa nih hihi, self love itu penting banget sih yaa, mencintai diri sendiri dl baru mencintai orang sekitar

    ReplyDelete
  12. Si adek bikin ngakak wkwkwk menarik perhatian ibunya dengan berbagai cara, kok ya ada aja. Si kakak kan jarang di rumah, namanya juga anak kecil ya Mba Uniek. Seruuu ya ada anak-anak.

    ReplyDelete
  13. Ya Allah...
    Masih sering aku gaungkan juga ke anak-anakku, kak...kalau duduk itu lebih baik di depan, secara Ustadzah akan pay attention ke anak-anak yang rajin dan rapih.
    Tapi alhamdulillah, di sekolah di terapkan tempat duduknya gak pernah sama.
    Jadi di rolling.

    Temanpun gak boleh nge-genk.
    Harus bersama semua.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gapapa juga sih kalau misal diijinkan untuk duduk di depan terus sepanjang tidak mendzolimi hak anak yang lain.

      Jadi ingat dulu jaman sekolah bahagia banget tidak ada yang mau duduk di depan, so aku bisa selalu duduk di depan berbasis kerelaan teman-teman lainnya. :))

      Delete
    2. Oh iyaa...
      Egoisnya orangtua kan gini, kak Uniek.
      Padahal zaman sekolah dulu, aku juga paling anti duduk depan. Tapi saat punya anak, aku ambisi banget kaka jadi anak terbaik.

      Subhanallahu.
      Dzolim sama anakku jadinya...

      Delete
  14. Penting banget nih ngajarin 2 hal ini pada anak. Mengajarkan self love agar dia bisa tumbuh dengan mencintai dirinya dan bangga akan dirinya.

    ReplyDelete
  15. setiap anak punya bakat dan minatnya masing-masing ya.. jadi gak perlu dipaksakan untuk selalu jadi yang paling unggul.. yang penting udah melakukan yang terbaik.. gitu aja kalo prinsip aku.. hehe

    ReplyDelete
  16. Duh sy aja secara pribadi sama seperti ortu2 yg lain terus2 belajar dlm mendidik anak. Tapi klo saya lebih ke memberikan kebebasan untuk anak dlm berbuat dan berani bertanggung jawab.

    ReplyDelete
  17. Self Love, Selfish. Dua kalimat yang vokalnya mirip, tapi memiliki arti yang jaaauuuhh berbeda. Semua ini tergantung orang tua ngajarinya gimana pada anak. Pada dua contoh di atas, Self Love lebih ke peduli dan mengajukan pendapat. Sedangkan contoh Selfish kesannya sak karepe dewe😁

    ReplyDelete
  18. Selama ini belum ngasih tau ke anak-anak saya kalau yang begini namanya self love yang begitu selfish.. cuma kasih tau kalau sama temennya gak boleh egois, gitu-gitu sih, Mbak..
    Makasih Mbak sharingnya, pelan-pelan saya kasih tau deh mulai dari si sulung dulu :)

    ReplyDelete
  19. Aku dulu kaya dituntut buat ngalahin orang lain. Akhirnya lumayan sering melakukan hal-hal buat keuntungan sendiri tapi dengan cara baik ya. Kalau sekarang, lebih santai. Nanti kalau punya anak juga gak mau kaya gitu lagi. Mau pakai self love

    ReplyDelete
  20. Yang tentang duduk di kelas pernah dialamin sama anak saya. Dia pernah meminta supaya dibolehin duduk paling depan karena kurang jelas. Tapi, sama gurunya tetap dilarang karena anak saya kan bongsor. Khawatir menghalangi anak-anak lain. Ternyata problemnya anak saya memang harus pakai kacamata

    ReplyDelete
  21. makasi banget mba sharingnya, bedanya sangat tipis ya ternyata, perlu perhatian dari orangtua dan ini ngga bisa diidentifikasi sesaat begitu ya mba.

    ReplyDelete
  22. Nah, beberapa orang memang ada yang belum bisa membedakan mana self love dan mana selfish. Mungkin hal ini memang bisa dimulai dari lingkungan keluarga dulu untuk menjelaskan

    ReplyDelete
  23. Menanamkan selflove sedini mungkin membentuk kepribadian anak yang tangguh dan toleran. Apalagi untuk kedua balita saya hal ini sudah ditekankan sedini mungkin mbak, mengasihi dan saling pengertian dan menganggap orang lain seperti diri sendiri.

    ReplyDelete
  24. Ilmu baru. Terimakasih banyak mba. Jadi punya bekal tambahan buat disampaikan ke anak-anak. Contohnya juga dapat.

    ReplyDelete
  25. Oh asyik jaid makin tahu nih mba soal self love dan selfish ini mba. Memudahkan untuk lebih banyak bermanfaat juga sih ya buat anak dan kita juga :)

    ReplyDelete
  26. Sejak dini anak2 memang harus diajarkan.
    Mencintai diri sendiri bukan berarti egois dan seenaknya, dengan mengabaikan kepentingan orang lain ya mbak.

    ReplyDelete
  27. Aku belum jadi orangtua sih mbak, tapi menempatkan diri sebagai anak selama ini memang ngerasain deh kadang selfish banget dan suka ngiri sama saudara hihi kalau diingat-ingat lucu juga sih hubungan adik kakak ,😁

    ReplyDelete
  28. Dulu tahunya ya selfish aja. Teryata juga harus meperkenalkan self love ya ke anak. Jadi dapat banyak info nih mba :)

    ReplyDelete
  29. Meski sulit dipahami anak, tetapi memberikan pengertian sejak dini memang diharuskan. Lama lama anak akan mengerti dan saat berada di luar lingkungan keluarga inti, anak sudah tidak kaget saat mendapati kondisi yg berbeda

    ReplyDelete
  30. Selflove ini bisa dibangun dengan salah satunya bersyukur dengan apa yang dipunya ya mbak.

    ReplyDelete
  31. anak - anak memang harus selalu kita ajak berdiskusi. Aku pun banyak belajaaar dari mereka mba. Some of these basic concepts as well

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau sudah begini jalur komunikasi dengan anak - anak harus selalu dijaga ya mba. Sambil berbagi berbagai prinsip baik dalam hidup

      Delete
  32. aku masih single tapi sebagai anak pertama aku juga sering bawelin sikap adikku ke anak2nya. ini juga bakal aku sampaikan pesannya ke adik2 aku...makasi ya, artikelnya informatif sekali.

    ReplyDelete
  33. Baca ini aku kok jadi kangen anak-anak mba. Sharingnya menarik nih mba tentang self love vs selfish.

    ReplyDelete
  34. Terima kasih pencerahannya Mbaknik iya jangan sampai anak terpaksa melakukan sesuatu hanya karena kita suruh, sebenarnya itu impian kita tapi anak yang dipaksa ya

    ReplyDelete
  35. Bener banget mbak jadi orang tua itu harus upgrade ilmu terus ya demi anak.untuk bedain selfish sama self love juga bekal penting banget buat anak supaya anak paham mana yang harus didahulukan.

    ReplyDelete
  36. Jadi ingat diri sendiri, kalau sekolah, apalagi waktu SD, sering kebagian bangku depan.
    Bukan apa-apa.
    Kalau pas masuk kelas baru nih, ya, biasanya tuh, anak cowok langsung lari berbegas, pas sampai di kelas, yang kosong pasti bagian depan dan nomor 2.
    Jarang banget ada yang mau duduk di depan, hahaha.

    Jadi dari kelas 1 sampai kelas 6, di depan melulu, hihihi.

    Aku memulai tanamkan self-love ke Yasmin saat aku mulai bisa mengeksplor bakat doi dan menemukan beberapa kelebihan dan kekurangan.

    "Yasmin, ini lho kelebihannya, dan ini kekurangannya"

    Untuk kekurangan, harus mau mengakui, menerima diri dan selanjutnya membenahi diri.

    ReplyDelete
  37. Ternyata lumayan juga ya bedanya. Penting banget mengajarkan anak tentang self love, mencintai apa yang ia lakukan. Melakukan sesuatu yang membuatnya bahagia. Mungkin tidak hanya bahagiain firi sendiri tapi orang lain juga. Makasih mbk pencerahannya... :)

    ReplyDelete
  38. Suamiku rajin banget menanamkan self love ke para ponakan biar gedenya senang berbagi dan saling menghargai kata pakai :)

    ReplyDelete
  39. Baru tahu soal saol self love dan selfish, jadi bisa berhati-hati menerapkannya. Semoga tidka menjadi ibu yg egois tanpa memikirkan perasaan anak. Terima kasih mba ilmunua.

    ReplyDelete
  40. Hihihi, kocak yaa anak2...tapi mungkin memang masing2 punya cara tersendiri agar tetap 'eksis' di mata ibunya, bisa jadi untuk anak itu hal yg wajar, nggak berasa bagi kita sebagai ortu bahwa ketika membagi kasih sayang bakal berkurang jumlah ke masing2 padahal kan nggak... Buat anak2 yg dipersepsi seperti itu, meski buat kita sebagai ortu nggak. Mungkin masing2 perlu diapresiasi dgn kelebihannya sendiri2 jadi ga muncul 'rasa bersaing' meski sebenernya masih wajar sih buat anak seusia Fariz

    ReplyDelete
  41. Akur akur ya adik kakak. Lucu juga kalau dah gede gini ya mba, caper ke ibunya lebih lebih πŸ˜‚

    ReplyDelete
  42. terima kasih Mbak atas pencerahannya. Jadi tahu nedanya mana self love dan mana selfish. Berarti ada beberapa yang aku ajarkan ke anakku yang selfish nih contohnya aku suruh dia duduk di depan persis tulisan mbak di atas. Hehe.

    ReplyDelete
  43. Bener banget sih ini. Jangankan anak kecil, orang dewasa pun suka terbalik dalam memandang self love dan selfish. Thanks loh remindernya. Jd peer baru untuk mengajarkan ini ke anak sejak dini.

    ReplyDelete
  44. Saya nda pernah fokuskan anak untuk mendapat nilai, ngalir saja. Yang penting anaknya bahagia dan tidak bikin ulah, saya sudah cukup gembira

    ReplyDelete
  45. Apik ki catatan parentingnya. Peer banget nih ngajarin anak untuk bedain self love dan selfish

    ReplyDelete
  46. Selfish kegiatan yang kurang baik berarti ya mba menguntungkan diri sendiri, selflove ini yang baik yang harus dikembangkan dengan menanamkan pemikiran sejak dini. Mba UNiek parentingnya keren. Semoga aku bisa jadi ibu yang baik buat anak2 kelak. Aamin

    ReplyDelete
  47. Tulisan ini serasa menampar diriku nih, lupa kalau belum sepenuhnya mengajarkan anak-anak untuk self love, lebih mengajarkan untuk mandiri padahal batin juga perlu diperkaya ya :)
    Thanks untuk sharingnya yang keren.

    ReplyDelete
  48. Lah kok kebalik ya sama anak wedhokku?
    kalo ga ada siapa siapa, dia akan jadi maniiiisssss semanis gula, membantu mama siaga satu

    lah kalo ada abang dan adiknya, ckckckckkk

    dia berubah jadi nona jutek dan egois, dan asyik dengan gadgetnya sendiri

    ReplyDelete
  49. masya Allah menarik sekali sharingnya Mbk. Anakku kalau ada Mamasnya di rumah, dia enggak mandiri. Manja banget,gangguin adeknya aja, tapi kalau Mamasnya di pondok, si tengah malah sayang adiknya dan makin mau bantu kerjaan rumah hehe

    ReplyDelete