Friday, June 6, 2025

Cinta Tanpa Batas

cinta ibu tanpa batas

Hai, Nak. Lama sekali Ibu tidak menyapa kalian melalui blog ini. Maafkan yaaa... blognya jadi kapiran gara-gara Ibu sok sibuk hehehe... 

Tahukah kalian, Nak, sebagai seorang ibu, perjalanan hidup seringkali penuh dengan babak-babak tak terduga yang membentuk ulang prioritas dan mendefinisikan ulang arti kebahagiaan. Aih, belibet amat ya nulisnya.

Gini loh, Nak. Dulu kan Ibu pernah jadi perempuan karier, lebih dari dua puluh tahun bekerja kantoran. Nah, kini Ibu menikmati peran sebagai ibu rumah tangga seutuhnya. Sebuah transisi yang mungkin tampak biasa, namun bagi Ibu, ini adalah sebuah babak baru di mana cinta tanpa batas seorang ibu menemukan dimensi-dimensi yang lebih dalam dan sunyi.

Tahu-tahu kalian sudah tumbuh remaja, lalu mendewasa cepat sekali, di luar perkiraan Ibu. Kakak, saat ini  sudah semester enam di bangku kuliah, dan Adek akan segera memasuki masa SMA. 

Jauh di mata, dekat di hati. Itulah yang kita alami saat ini, Nak. Kalian sekolah sambil mondok, jadi kita tak bisa setiap saat bertemu. Pertemuan kita terbatas hanya pada kunjungan sesekali atau saat libur semester tiba. 

Momen-momen itu, meskipun singkat, adalah pengisi ulang energi yang luar biasa, pengingat akan ikatan yang tak pernah terputus. Jarak ini, di satu sisi, menguji ketahanan batin, namun di sisi lain, justru mempertajam rasa syukur akan setiap kebersamaan yang ada. Ya kan, Nak?


cinta ibu pada anaknya



Naluri Protektif 

Cinta seorang ibu, baik pada manusia maupun hewan, adalah manifestasi dari naluri protektif yang begitu kuat. Sebelum kalian hadir, Nak, mungkin Ibu tidak akan pernah mengerti kedalaman perasaan ini. Ada semacam alarm bawaan dalam diri yang selalu siaga terhadap bahaya atau ketidaknyamanan yang mungkin mengancam keadaan kalian.

Saat kalian masih kecil, Ibu menyadari, naluri protektif ini terlihat jelas dalam setiap langkah pengasuhan: memastikan kalian makan dengan baik, tidur nyenyak, dan terhindar dari kuman. 

Ketika kalian tumbuh besar dan jauh, Nak, naluri ini bermetamorfosis menjadi kekhawatiran yang lebih kompleks. Bagaimana kalian beradaptasi di lingkungan baru, apakah kalian cukup tidur, apakah kalian sudah makan dengan layak. 

Meskipun kini hanya bisa mendoakan dan sesekali menjenguk, hati Ibu selalu terhubung, merasakan setiap guncangan kecil yang mungkin kalian alami. Kalian tahu atau tidak, Nak, jika rasa ini semacam cinta yang merangkul dari jauh, namun kekuatannya tak berkurang sedikit pun.



Pengorbanan, Sebuah Pilihan Hati

Pengorbanan adalah kata yang seringkali melekat pada sosok ibu. Dulu, saat masih bekerja, pengorbanan mungkin berarti menyeimbangkan tuntutan karier dengan kebutuhan keluarga. Kini, sebagai ibu rumah tangga, pengorbanan itu bergeser menjadi pilihan untuk sepenuhnya mencurahkan waktu dan perhatian pada rumah. Tidak ada lagi target bulanan, laporan, atau hiruk pikuk kantor. Yang ada hanyalah ritme rumah tangga, menanti kabar dari anak-anak, dan merawat rumah dengan sepenuh hati.

Bagi Ibu, pengorbanan ini bukanlah sebuah beban, melainkan sebuah pilihan hati, Nak. Ada kepuasan tersendiri saat Ibu bisa memastikan rumah selalu rapi, lantai bersih dan wangi, kamar kalian tidak berantakan meskipun tidak dihuni, buku-buku milik Ayah tertata rapi dan bersih di rak, dan menjadi seseorang yang selalu memberondong pertanyaan saat kalian pulang, Nak. 

Bisa jadi kalian bosan dengan pertanyaan-pertanyaan itu, tapi Ibu tidak peduli. Ibu haus informasi tentang apa saja yang kalian jalani selama jauh dari Ayah dan Ibu. 

Menurut Ibu, apa yang saat ini Ibu jalani adalah bentuk cinta yang sunyi, yang mungkin tidak selalu terlihat atau terdengar, namun terasa dalam setiap detail kehidupan.



Ikatan Emosional yang Mendalam

Cinta ibu tidak hanya milik manusia. Ibu mau cerita ke kalian tentang Siteng, Nak. Siteng ini kucing betina hitam yang tiba-tiba datang ke rumah kita. Mengapa dinamakan Siteng?

Kucing betina hitam ini memiliki kepala yang miring, cenderung ke kanan, jadi kayak orang yang lagi tengeng gitu, Nak. Hehehee... gimana ya njelasinnya ke orang yang tidak paham Bahasa Jawa. Gini, tengeng biasanya terjadi pada orang yang salah posisi tidur, sehingga saat bangun lehernya seperti terkilir. Biasanya tidak bisa menengok ke salah satu sisi karena terasa kaku dan sakit. Semoga penjelasan ini cukup jelas bagi kalian ya, Nak. Dan juga untuk pembaca blog ini.

Jadi akhirnya Ibu memberinya nama panggilan "Si Tengeng" alias Siteng. Dia pendiam, tidak pernah mengeong. Agaknya sedikit tuli, soalnya seringkali tidak mendengar saat dipanggil. 


kucing betina hitam siteng

Setelah dua bulan tinggal di rumah kita, Siteng kelihatan bunting, Nak. Eh, benar dong, tak lama kemudian, lahirlah tiga anak kucing yang lucu lucuuuuu... Motif bulunya garis-garis abu-abu seperti macan loreng. Entah siapa pejantannya, yang jelas menurut Ibu, Siteng menjadi induk yang luar biasa.

Ibu sering melihat Siteng duduk di teras, memandang lalu lalang orang di jalanan depan rumah. Ekspresinya tampak seperti ingin bermain bebas, seperti kucing-kucing lain yang berkeliaran di luar. Ibu membayangkan, mungkin ada kerinduan akan masa-masa sebelum ia menjadi induk kucing, masa di mana kebebasan adalah prioritas utama. Ahay, mungkin hanya pemikiran Ibu yang lebay kalik, sampai segitunya mengandaikan apa yang dirasakan kucing hehehe...

Setelah beberapa saat duduk diam, Siteng akan selalu kembali masuk ke kebun belakang, tempat anak-anaknya bermain dengan riang. Ia akan mengawasi mereka dengan pandangan penuh perhatian, sesekali menjilat bulu mereka, dan berakhir dengan leyeh-leyeh bersama a la keluarga kucing. 

Keinginan untuk bermain di luar mungkin ada, tetapi naluri keibuan Siteng yang kuat selalu memanggilnya kembali. Ia mengesampingkan keinginan pribadinya demi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu. 

Ini adalah gambaran nyata dari pengorbanan tanpa pamrih yang dilakukan Siteng untuk anak-anaknya. Dalam perwujudan perilaku sesosok induk kucing, Siteng menunjukkan tentang kekuatan cinta yang mengatasi segalanya, termasuk keinginan diri.



Universalitas Pesan Cinta Ibu

Kisah tentang Ibu, kisah Siteng, dan kisah setiap ibu di dunia ini, baik manusia maupun hewan, adalah cerminan dari satu kebenaran universal: cinta seorang ibu tidak mengenal batas. Ibu adalah sumber kekuatan, pelindung, pendidik, dan pemberi kehangatan yang tak pernah habis. Cinta ini melampaui bahasa, budaya, bahkan spesies.

Dari ibu yang gigih bekerja keras demi pendidikan anaknya, hingga induk beruang yang berani melawan ancaman demi melindungi anaknya, setiap tindakan adalah manifestasi dari naluri purba yang sama: untuk mencintai, melindungi, dan memastikan kelangsungan hidup buah hati.

Sebagai seorang ibu rumah tangga, Ibu menemukan kedamaian. Jauh dari hiruk pikuk kantor, Ibu kini memiliki lebih banyak waktu untuk merenungkan makna cinta yang sesungguhnya. 

Setiap kali melihat Siteng yang merawat anak-anaknya dengan penuh kasih, Ibu teringat bahwa cinta tanpa batas seorang ibu adalah anugerah terbesar yang patut kita syukuri dan hargai.

Salam cinta untuk semua ibu hebat di seluruh dunia. ❤❤


11 comments:

  1. Ibu memang memiliki pengorbanan yang sangat besar kepada setiap anak-anaknya. Ikhlas, tulus dan tanpa pamrih. Baik itu manusia ataupun hewan. BTW, itu siteng dibenerin posisi lehernya, biar nggak tengleng lagi hehehe 😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ga bisa kak, kelainan tulang leher kayaknya hehehee...

      Delete
  2. Tenang aja Kak, sibuk itu kan bagian dari proses hidup! Blognya justru jadi makin berbobot dengan cerita cinta kakak yang tulus. Kisah kakak dan Siteng bener-bener nyentuh hati. Definisi cinta tanpa batas yang nyata! Terharu banget bacanya. Sukses terus ya!

    ReplyDelete
  3. Cinta tanpa batas dan tak perlu berbalas ya mbak. Tidak menjadi ibu, tetapi profesi ibu itu mulia. Bravo semua ibu di sleuruh dunia, kalian luar biasa. Apapun profesinya ibu tetaplah ibu

    ReplyDelete
  4. Ah. Cinta dan kasih sayang ibu emang nggak tergantikan. Bahkan nih ya, mata si anak tuh suka sekali mencari keberadaan ibu. Kalau sudah nggak tertangkap matanya, biasanya aku bakalan cari keberadaan ibu.

    Mungkin sikap protektif ibu ini ya yang kadang suka nggak terima saat anak dimarahi ayah atau bermasalah dengan anak lainnya.

    ReplyDelete
  5. Kasih seorang ibu memang luar biasa. Gak bandingnya dengan apapun. Buat para ibu, teruslah semangat dengan kasih tanpa batas. Buat para anak, jangan pernah lupa akan cinta seorang ibu

    ReplyDelete
  6. Kasih seorang ibu memang luar biasa. Gak bandingnya dengan apapun. Buat para ibu, teruslah semangat dengan kasih tanpa batas. Buat para anak, jangan pernah lupa akan cinta seorang ibu

    ReplyDelete
  7. Walaupun jauh secara fisik, namun cinta ibu akan tetap dirasa setiap anaknya sebagai manifestasi jauh di mata dekat di hati.
    Ibu adalah rumah, tempat kembali. Sejauh apa pun anak, ibu adalah muaranya

    ReplyDelete
  8. Sebenarnya nggak semua ibu punya cinta untuk anaknya, meski demikian ibu adalah ibu.

    ReplyDelete
  9. Ibu memang segalanya. Dia bisa memberikan cintanya sebesar apapun yang dia miliki tanpa pamrih tanpa balas. Tulus ikhlas cinta seorang ibu. Ibu bisa merawat sebelas anak tapi sebelas anaknya belum tentu bisa merawat satu orang ibu.

    ReplyDelete