Tuesday, September 3, 2019

Hati-hati Orang Tua, Pola Asuh Kurang Tepat Pengaruhi Anak Saat Dewasa


Sebagai orang tua, tentu kita seringkali mengekpresikan rasa sayang pada anak. Namun, ada kalanya cara-cara yang kita lakukan tidak tepat dan berpengaruh pada anak saat dewasa. 

Misalnya, ambisi orang tua yang ingin selalu anaknya sukses, tentunya tiap orang tua ingin anak-anaknya bahagia, namun saking kepinginnya anak jadi orang sukses dan bahagia, orang tua terjebak menggunakan pola asuh anak yang kurang tepat. 




Nah, pertanyaannya, pola asuh anak seperti apa sih yang kurang tepat diterapkan dan berpengaruh pada kehidupan anak saat dewasa?


Seperti dilansir harapanrakyat.com, berikut pola asuh anak yang kurang tepat yang harus dihindari oleh orang tua: 



Tidak Mengeskpresikan Rasa Sayang 


Orang tua zaman dulu jarang sekali memperlihatkan rasa sayangnya pada anak, baik lewat sentuhan, pelukan ataupun ciuman sayang. Anak cukup diberi materi saja, dibekali uang jajan yang banyak, misalnya, atau segala kebutuhan materinya dicukupi. 

Namun, ternyata mengekspresikan rasa sayang justru lebih penting daripada sekedar materi. Orang tua jangan segan untuk memeluk dan mencium anak-anak sebagai tanpa sayang.




Jika anak mendapati orang tua temannya mengekspresikan rasa sayang, sementara orang tuanya tidak, di otaknya akan tertanam bahwa ia tidak disayangi dan tidak dicintai. 

Ketika besar, dia akan tumbuh jadi anak yang minder, bahkan tak sedikit yang cari perhatian (caper) lewat kenakalan-kenakalan remaja hanya agar mendapat perhatian dari orang tuanya. 

Anak yang merasa tidak dicintai juga selalu berpikir untuk memperbaiki penampilannya agar sempurna. Ketika dewasa, tak jarang mereka melakukan operasi untuk menyempurnakan penampilannya, semuanya dilakukan agar bisa diterima dan merasa dicintai. 



Tidak Menghargai Perasaan Anak 


Pernah nggak sih Mom & Dad mengatakan, ‘anak laki-laki tidak boleh menangis!’ atau ‘jangan menangis’? Hayooo... sadarkah jika kalimat tersebut mencerminkan orang tua yang meremehkan perasaan anak-anak. 

Anak-anak memang kadang marah dan menangis karena sesuatu yang oleh orang tua dianggap sebagai sesuatu yang konyol. Jika kurang bijak, orang tua malah meremehkan dengan melarang untuk menangis dan membuat anak tidak bisa mengekspresikan perasaannya. 

Akibatnya anak-anak memilih menahan perasaan mereka. Ketika dewasa, mereka jadi terbiasa menahan perasaan dan tak mampu mengekspresikannya. Sehingga, ketika tekanan emosi begitu besar, akhirnya meledak dan anak-anak tumbuh jadi pribadi temperamen. 



Tidak Mendidik Anak untuk Membuat Keputusan Sendiri 


Sikap terlalu mengendalikan anak bisa jadi boomerang ketika mereka dewasa. Orang tua memang sering menganggap anak-anaknya sebagai anak kecil di matanya, padahal anak-anak pada akhirnya tumbuh dewasa dan tak perlu lagi diatur serta dikendalikan. 

Namun, anggapan jika anak-anak masih ‘anak kecil’ membuat orang tua mengendalikan anak secara berlebihan dan tidak percaya anak bisa membuat keputusan sendiri. Akibatnya, selain anak tidak bisa mandiri dan terus bergantung pada orang tuanya. 

Ketika dewasa mereka bisa mempunyai kesulitan dengan orang-orang di sekelilingnya lantaran tidak bisa membuat keputusan sendiri. Ada kalanya anak tumbuh jadi pribadi yang egois dan tak mampu memikirkan kepentingan orang lain, karena selalu dikendalikan oleh orang tua. 

Bahkan, cenderung tidak mau tahu kepentingan orang lain, saat dia ada masalah, dia akan butuh orang lain untuk keluar dari masalahnya. Caranya meminta bantuan itu terkadang memaksa karena ketidakmampuan dirinya mengatasi masalah sendirian. 

Sebaiknya anak diberi kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri, tetapi tentunya disesusaikan dengan usia mereka dan jangan lupa beri pengertian juga atas pilihan-pilihan yang akan dia pilih nantinya. 



Suka Berdebat dengan Anak 


Walaupun masih anak-anak, namun seorang anak sudah punya keinginan sendiri lho, bahkan seringkali mengungkapkan sesuatu. 

Sebagai orang tua, berusahalah untuk tidak mendebatnya. Jika orang tua mendebat atau bahkan memarahinya, seorang anak akan berpikir dia salah. Atau lebih parah lagi, selalu merasa salah, dan perasaan ini akan tertanam di otak dan terbawa hingga dewasa. 

Akibatnya, lantaran selalu merasa salah, ketika dewasa anak akan terbiasa menghindari konflik bahkan bersikap pengecut karena tak mau disalahkan. Kadang kala mereka sadar perbuatannya itu buruk, namun terus saja mengulanginya agar merasa lebih baik.






Terlalu Menekan Anak 


Orang tua kadang tidak sadar menuntut sesuatu yang terlalu besar pada anak. Ambisi melihat anak berhasil, membuat orang tua menekan anak agar sesuai dengan tuntutannya. 

Sebagai anak-anak yang selalu percaya pada orang dewasa, terkadang anak-anak berusaha keras untuk menyenangkan orang tua dan memenuhi segala tuntutan dan keinginan orang tua. Saat mereka gagal, mereka akan berpikir mereka tidak pantas lagi dicintai. 

Padahal, dalam hidup tentu tidak setiap saat sukses dan berhasil, ada kalanya gagal. Jika anak tidak dibiasakan menerima kegagalan lantaran tekanan orang tua yang selalu menuntut untuk berhasil, mereka terbiasa melakukan segala cara untuk sukses. Jika gagal, mereka akan tertekan dan tidak bahagia, terkadang bisa jadi depresi. 



Menjauhkan Anak dari Keluarga Besar 


Ada juga orang tua yang tidak senang jika kakek atau nenek ikut campur dalam hal mengurus anak. Hal ini biasanya terjadi karena didikan di rumah orang tua dengan didikan kakek nenek terkadang bertolak belakang. 

Padahal anak-anak sangat perlu berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini penting untuk menumbuhkan empati pada orang lain. Ingat ya Mom & Dad, anak bukan hanya perlu dekat dengan orang tuanya, tetapi juga perlu dekat dengan kakek-nenek, dan juga keluarga besar lainnya. 


Nah, itulah pola asuh anak yang kurang tepat dan terkadang tidak disadari oleh orang tua justru membuatnya terpengaruh saat dewasa. Ada lagikah yang bisa Mom & Dad tambahkan sebagai bahan pembelajaran kita semua?

Yuukk jangan sungkan-sungkan sampaikan opini di kolom komen yaaa... Terima kasih. 

58 comments:

  1. Hemm.. lagi pengen mengurangi "suka ngomel-ngomel sama anak" nih. Sedikit-sedikit pengen menggeser cap emak galak hihi..

    ReplyDelete
  2. Mak jleb banget ini poin2nya. Terima kasih ya sudah diingatkan. Semoga bermanfaat buat semua yg baca

    ReplyDelete
  3. Kadang2 memang ada ortu yg over protective sangking daysngnya ke anak ya..tidak sadar bahwa itu berdsmpsk negatif ke anak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halaah..maafkan banyak typonya. Intine, memang perlu waspada sebagai orang tua ya. Jangan sampai terlalu sayang namun ternyata malah berdampak buruk..

      Delete
  4. Baca artikel seperti ini jadi reminder buat aku yang kadang masih menuntut terlalu kepada anak2. Mereka harus mandiri lebih cepat dari usia sebayanya. Semoga kelak dewasa jd kuat.

    ReplyDelete
  5. aku juga berusaha nggak pernah bilang: anak laki-laki nggak boleh nangis. tapi bapake suka ngomong gitu duh nggak kompak

    ReplyDelete
  6. Bener orangtua dlu jarang bgt ya mengekspresikan aayang ke anak walaupun pada dasarnya pasti mereka sayang anak. Alhamdhulilah ortuku ga gitu di jadi ya terbawa ke pola asuhku juga. Memang mengekspresikan kasoh sayang penting dan bikin mereka jd pede krn merasa disayangi

    ReplyDelete
  7. Dan tiap anak selalu berbeda penanganannya, terutama di tiap usia ada aja masalah yang berbeda. Teman bergaul, lingkungan, sangat mempengaruhi. Makanya aku selalu meminta anak-anak terbuka kalo punya teman baru, mbak

    ReplyDelete
  8. Artikelnya berguna banget, buat reminder mbak, kadang kita kebablasan pengen anak berprestasi jadi ngga sadar terlalu menekan anak, baru nonton film dokumenter Three Identical Stranger tentang kembar tiga yang diadopsi terpisah, pola asuh berbeda bikin keadaan mereka berbeda, ada yang depresi ternyata karena ayah angkatnya terlalu keras didikannya :(

    ReplyDelete
  9. Wah poinnya ngena banget hal-hal kecil yang terjadi setiap hari.. semoga bisa terus berbagi kasih sayang dan kebahagiaan dengan anak-anak tersayang amin

    ReplyDelete
  10. Bener deh. Peranan orang tua buat tumbuh kembang anak sangat penting ya mba.. Makasih info nya. Aku blom pnya anak si. Cm bisa nambah insight jd nya hehe.

    ReplyDelete
  11. Ihiks! aku baca ini berasa ditampol banget. Masih sering ngomel-ngomel sama anak apalagi kalau pas lagi banyak tingkah :(
    Masih balajar untuk menurunkan oktaf juga nih, semoga ke depan aku makin baik jadi ibu. Thanks remindernya ya Mba Uniek

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, Arina. Aku juga lagi belajar kok, soalnya ya kalau oktaf kita ketinggian, ntar anak bakalan niruin dan oktafnya bakalan jauh lebih tinggi dari kita. ;)

      Delete
  12. Enaknya artikel ini saya forward saja ke orang tua dan mertua saya supaya mereka ngerti akibat dari pola asuh yang telah mereka pilih.

    ReplyDelete
  13. Bener banget tuh, sebagai anak didikan ortuu lama aku ngerasain itu, makamya aku menganggap temen temenku yg nikah muda itu konyol, macem ibuku dulu yang nikah usia belasan tahun lalu belum siap menghadapi problematika rumah tangga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tidak bisa digeneralisir juga kalau nikah muda itu konyol. Banyak kok sekarang yang memutuskan nikah muda namun sudah siap. Dalam perjalanan pernikahan pun akan banyak belajar tentang lika-liku rumah tangga dan pengasuhan anak.

      Delete
  14. Bener banget mbak orang dulu jarang meluk apalagi nyium, tapi ada juga sih bebeapa yang melakukan. Tapi ortu jaman now udah tau kalau sentuhan & pelukan itu besar banget artinya apalagi kalau ditambah kata-kata sayang. Love you mbak :)

    ReplyDelete
  15. Menjauhkan anak dari keluarga besar nih yang agak membingungkan buat saya.
    Memang ya seringnya pola asuh orang tua zaman dulu ama kita tuh beda banget, dan serius itu mengganggu banget.

    Kalau saya disiasati dengan di atur jadwalnya dan sounding menerus.
    Kadang sebel banget kalau anak udah di rumah eyangnya, jadi mager, maunya main mulu, waktu sholat sesuka hatinya.

    Karena memang pola asuh eyangnya gitu, santai banget.
    kalau ngantuk ya tidur, kalau lapar ya makan.
    Sebal deh.

    Sementara saya, kalau ngantuk ya cepetan bergerak, selesaikan semuanya biar bisa tidur.
    Kalau lapar ya tunggu jam makan, biar belajar menegrti waktu makan dan menghargai makanan.

    Duh kebayang bedanya kan hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ibu udah pernah mengalami ini, Tante Rey. Makanya ibu paham, bahwa mau digimanain juga, bawaan kakek-nenek tuh emang memanjakan cucu-cucunya. Biarlah si cucu menikmati dimanja kakek-neneknya. Ntar pas balik rumah, tetep kok bakalan mengikuti rules ortunya. Udah bawaan alamiah itu mah.
      Kalau dibawa spanneng, ntar malah jadinya bertengkar sama kakek-nenek, malah jatuhnya ga bagus kaaaannn...

      Delete
  16. Saya suka baca artikwl mbak Uniek, jangan sampai kita keliru meneruskan pola asuh yang keliru dari jaman sebelumnya. Cukup diambil baiknya ya mbak:)

    ReplyDelete
  17. tapi agak ambigu nih sama "suka berdebat dengan anak" apakah perdebatan itu berarti kita menekankan pada anak bahwa orang tua benar atau perdebatan bahwa ada beberapa hal yang memang hasil dari negosiasi?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berdebat di sini dalam artian, setiap pendapat anak kita mentahkan kembali.
      Pendapat anak itu perlu didengar loh agar ortu juga tau apa yang sedang dirasakan oleh buah hatinya.

      Delete
  18. Maaaakk, ini muakjleeebbb kabeh!
    Karena aku ngerasa relatable bgt dgn diriku
    Semoga ada kesempatan untuk BERUBAH jadi lebih baik yhaa
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    ReplyDelete
  19. Ekspresikan rasa sayang itu bner bnget, anak2 yg tdk dberikan rasa syang secara sentuhan dan expressi biasanya pas besar juga cuek k ortu

    ReplyDelete
  20. makasih mba uniek tulisannya,aku juga ngerasa duh jd orang tua luar biasa ya tanggung jawabnya

    ReplyDelete
  21. Poin menjauhkan dengan keluarga besar masih PR buat aku pasalnya memang pola asuh mertua sama aku beda banget

    Aku paling ga suka juga kalau anak kelamaan di rumah neneknya dan dibiarkan sesuka hati tanpa ada aturan sementara emaknya di rumah ngomel-ngomel wkwkwk

    akhirnya pas datang ke rumah anak jadi membangkang makanya aku males kalau anakku main ke rumah neneknya wkwk cape hati dan akunya juga bikin senewen

    cuman sekarang sih siasatinya hanya main sebentar itupun sama ayahnya jadi terawasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehee... i feel you mba, pernah mengalami juga. Tapi lama-kelamaan anak tau kok bahwa pola asuh yang kita berikan itu demi kebaikan dia. Anak-anak tuh pinter kok, mereka hanya memanfaatkan moment2 dimanja kakek-neneknya. Tapi begitu balik ke rumah sendiri lagi, mereka akan balik ke kebiasaan semula. Dibawa santzzz aja ;)

      Delete
  22. ini ilmu banget sih buat aku nantinya kalo udah punya anak, makasi banyak ya mba sering-sering nulis tentang parenting hehe, ak juga dulunya sulit ngambil keputusan sendiri kadang kesel sih kok usia segini masih diatur tapi balik lagi posthink aja mungkin ini yg terbaik menurut ortu tp memang yg terbaik sih tp jujur ak jadinya anaknya takut buat ngambil keputusan skrg hehe

    ReplyDelete
  23. Ini sepertinya yg aku butuhin.
    Tp betewe, kl anak dikasih tau ngajak berantem gimana ya solusinya.
    Kadang suka kejebak gini soalnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saat anak mengutarakan pendapat, bisa diusahakan memberikan jawaban yang logis. Ada kalanya kita beri ruang bagi dia untuk mencoba membuktikan bahwa pendapatnya itu benar. Ntar kalau pas terbukti pendapatnya salah, kita bisa menunjukkan langsung akibatnya.

      Delete
  24. Banyak hal yang harus diperbaiki masalah pola asuh ini nih, tapi memang bener sih mak jika pola asuh kurang tepat nantinya ngaruh banget ke anak, apalagi ke pola pikir dan tindakan anak.

    ReplyDelete
  25. Aku juga merasa polah asuh yg Mbak Unik sebut masih sering kutemui. Kadang ya ortu mau yg terbaik, tapi jatuhnya nglarang ini itu dan malah anak gak bisa ambil keputusan sendiri

    ReplyDelete
  26. Jadi bikin saya berkaca nih, Mbak. Ya biar bagaimana, saya juga bukan orang tua yang sempurna. Bisa jadi banyak salahnya. Tetapi, berusaha untuk terus belajar.

    Pernah juga ada psikolog yang bilang kalau kasih sayang ada yang beracun. Maksud orang tua sebetulnya bersikap beberapa hal karena sayang anak. Tetapi, disadari atau enggak, sebetulnya malah jadinya memberi racun karena efeknya gak baik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu kalau orang Jawa sering bilang dengan peribahasa : welas tanpa alis. Jadi kasihan kepada anak, terus apa-apa anak di-protect, akhirnya malah ntar gedenya ga capable untuk melakukan banyak hal.

      Delete
  27. Makasih karena udah share tentang hal ini mbak, memang orang tua zaman kita sepertinya jarang mengekspresikan sayang yah. Hal ini perlahan lagi aku ubah dan lagi sering banget meluk dan ngucapin sayang hehehe

    Untuk point berdebat, justru aku lagi kepengen anak2 belajar mengeluarkan dan mempertahankan pendapatnya mbak. Trus belajar juga menghargai pendapat yang beda ama mereka, jadi debat2 kecil mah biasa, asal jangan keterusan aja hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mengutarakan pendapat beda sekali dengan berdebat, Mba. Kalau debat tuh intinya pengin ngeyeeell aja ga ada solusinya. ;)

      Delete
  28. Untuk yang menjauhkan dari keluarga besar, sebenarnya nggak niat begitu. cuma ada salah satu mbah yang overprotecive banget sama cucu... jadi bingung jadinya. anak mecahin gelas, langsung mau ganti barang2 ke plastik. anak naik-naik kursi, langsung kursinya disingkirin, sampe mikir lama-lama ntar rumahnya bersih tapi anaknya nggak bisa polah :D geregetan akutuuuu

    ReplyDelete
  29. Yang paling berat jadi ibu itu kayaknya untuk tidak sering mengomel ke anak, karena memang karakter wanita tapi perlu dikurangi nih demi anak

    ReplyDelete
  30. Duh, aku nih. Kadang suka debat dengan anak. Tapi biasanya becanda sih akunya. Mudah-mudahan anakku ngerti kalo mamanya cuma becanda. Tanya ama anak ah ...

    ReplyDelete
  31. Inner child anak bakal terbawa sampai dewasa dan berpengaruh ke pola perilaku maupun pikirnya, ya. Terkadang tanpa disadari orang tua, kesalahan pengasuhan masa kecil ini yang menjadi bumerang :(

    ReplyDelete
  32. Iya banget nih, kerasa sama aku sekarang. Pola asuh ortuku membentuk aku yang sekarang. Duh, aku jadi takut nih dengan didikanku ke anak-anak. Apalagi dengan adanya kasus mahasiswa ITB yang bunuh diri itu. Semoga saja anak-anak selalu dalam lindungan-Nya. Semoga kita semua bisa mendidik anak-anak dengan baik

    ReplyDelete
  33. Jangan sampe deh jauhin anak juga dari keluarga besar. Karna kalau dlakukan, lama kelamaan anak tuh berasa nggak ada sodaranya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dan makasih banget untuk telah mengingatkan ya mba Uniek. Kadanh suka kebablasan berdebat ama anak :D

      Delete
  34. setuju mba sama setiap point nya apalagi untuk membuat keputusan sendiri dan akan berdampak besar di masa depan yakni ia kesulitan dalam bernegosisasi juga.

    ReplyDelete
  35. banyak ya kak yang harus diperhatikan saat menjadi orang tua.. semoga kelak aku juga bisa jadi orang tua yang baik.. amiinn

    ReplyDelete
  36. Ya Allah,, makasih mba Uniek sudah diingatkan, sampai saat ini saya masih dalam tahap belajar bagaimana menjadi ibu yang baik dengan pola asuh yang benar agar anak-anak tetap bahagia dan nyaman sampai dewasa nanti. Jujur aja ada fase dimana kadang kesel dan kita suka marah2 , kalau dulu dengan omelan, kalau sekarang cukup diam marah sebentar dan istighfar. Semoga aja ya mba, aku bisa memberikan pola asuh yang benar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Insya Allah ya Tante Amel, semua orang tua memang memiliki perjuangan masing-masing dalam mendidik putra-putrinya. Semoga berkah Allah selalu menyertai kita semua.

      Delete
  37. beneran berasa ketampar banget aku kak baca artikel ini, hiks iya aku masih sering bilang, anak laki-laki ga boleh nangis... bismillah insya Allah kedepannya akan aku kurangi pelan pelan sampai beneran hilang sama sekali. makasih sharingnya ya kak...

    ReplyDelete
  38. Kami merantau...jadi jarang banget didikan kake-nene ikutan dalam mengasuh anak.
    Enaknya memang jadi gak dual-parenting ssihh....selama masih satu suara sama suami.

    ReplyDelete
  39. Catatan bagus ini untuk orangtua. Mesti tiap anak memiliki karakter dan pembawaan lahir, tetap didikan orangtua pengaruh banget dalam pembangunan karakter tersebut. Semoga anak-anak kita tumbuh sehat dan menjadi generasi yang baik di masa mendatang ya

    ReplyDelete
  40. Setuju bgt sih ini sama tema yang kaka angkat, pola asuh yang salah akan sangat mempengaruhi pola pikir dan tindak anak. Thankyou for sharing ka, semoga marimar bisa melakukannya ketika ntr udh jd orang tua hehe

    ReplyDelete
  41. Orangtua memang harus memperhatikan pola asuh anak mereka ya mbak, agar anak tidak salah asuh ya

    ReplyDelete
  42. Haduh baca-baca artikel ini ku jadi tertampar. Seringkali masih saja melakukan hal-hal diatas. Mengatasi emosi itu susah ternyata, masih perlu banyak belajar deh.

    ReplyDelete
  43. setuju sih aku, semoga nanti saat jadi orang tua aku juga ga jadi orang tua yang terlalu menekan anaknya untuk jadi ini dan itu

    ReplyDelete
  44. Ya ampun artikel mbak unik ini mengingatkan aku banget, soalnya masih punya Balita dan kesalahan yang sering dibuat adalah terlalu menekan dan merasa selalu benar. Jadi merasa bersalah sama anak mbak, semoga masih diperbaiki.

    ReplyDelete
  45. Huhuu...sedih banget kalau inget kesalahan dalam mengasuh zaman dulu.
    Rasanya pas jadi orangtua baru ituu...semua mesti yang paling paling...
    Dan tentu wiring pengasuhan masih ada.

    Semoga Allah mudahkan dalam mengasuh anak-anak amanahNya ini.
    Aamiin~

    ReplyDelete
  46. Reminder banget ini mba buat aku, terutama kadang berdebat karena pilihan memakai baju aja sangat beda selera hihi

    ReplyDelete