Friday, September 30, 2022

Melepas Anak ke Pondok, Masih Nangis?


pondok pesantren

 
Bukan kali pertama ini melepas anak masuk ke pondok pesantren, sebelumnya sudah 6 tahun menjalani LDR dengan Kakak, dari dia masuk SMP hingga lulus SMK. Tahun ini gantian Adek yang lulus SD dan melanjutkan ke SMP.

Masih mewek, Bu?

Ibu kira bakalan tegar, setegar batu karang saat Adek gantian berangkat ke pondok seperti Kakak dulu. Ketika mengantar masuk ke pondok, Alhamdulillah tiada sedu sedan sama sekali. Aman jaya sentosa. 

Saat itu walisantri tidak diperbolehkan mengantar putra-putrinya hingga masuk ke area kamar santri. Berbeda banget dengan jaman mengantar Kakak dulu, Ayah dan Ibu bisa masuk hingga ke kamar dan bantuin menata barang-barang bawaan. 

Mungkin karena masih pandemi, harus jaga protokol kesehatan, area kamar santri dibatasi aksesnya. Semakin sedikit yang masuk kamar akan semakin baik. Ok fine, Ibu gapapa. Kebetulan malah, tidak berlama-lama melepas anak lanang pake peluk-peluk dan cium. Biasanya kalau peluk cium gitu potensial menguras air mata.

Namun lain ceritanya begitu masuk mobil hendak balik ke Semarang. Begitu mobil bergerak keluar dari area pondok pesantren, air mata Ibu udah ga bisa dibendung lagi. Malu sih sebenarnya sama Ayah, mosok udah pengalaman punya anak mondok kok masih mewek mulu. Akhirnya cuma nyesek aja rasanya, air mata mengalir deras tapi enggak bisa lepas bebas nangisnya.

Duhai ribetnya yaaa... mau nangis aja kebanyakan prosedur. 

Sebenarnya tidak ingin nangis juga sih, katanya kalau si ibu nangis, anaknya bisa 'kesetrum' dan ikutan sedih. Tapi gimana lagi ya, manusia kan bukan robot yang bisa diprogram begitu saja. Apalagi seorang ibu, mana bisa loh menahan perasaan ke buah hatinya. 

Mewek part 2 ini tak lain dan tak bukan karena sifat dan pembawaan Adek yang jauh berbeda dengan Kakak. Si Kakak sudah terbiasa mandiri sejak kecil. Masih teringat, dari kecil dia sudah menunjukkan kecenderungan punya hobi dolan, bersosialisasi dan lumayan garang ketika privasinya terganggu.


Kayaknya belum lama Dek dirimu seimut ini 😍


Berbeda dengan kakak perempuannya, Adek justru cowok rumahan yang kalem dan hampir tidak pernah berkonflik dengan siapapun. Padahal di pondok kan dia harus menghadapi ratusan santri lainnya. Ibu jadi sering membayangkan Adek harus menyesuaikan diri dengan cukup sulit karena pembawaannya yang pendiam dan selalu mengalah.

Sekuat hati Ibu selalu mendoakan semoga Adek baik-baik saja di pondok pesantren. Alhamdulillah, ketika ada grup whatsapp yang diinisiasi oleh seorang walisantri, Ibu jadi bisa ikutan memantau kondisi Adek. Adek sudah punya teman baik di sana. Senang dan legaaaa sekali rasanya. 



Penjengukan Pertama (Agustus 2020)


Kayak bayi yang harus melalui proses sapih, anak pondok pun mengalami hal yang sama. Santri yang baru pertama kali masuk pondok, selama 41 hari ke depan tidak boleh dijenguk ataupun dihubungi. 

Mungkin ada yang berpendapat, kejam amat mau lihat anak sendiri aja dipersulit. Jika berkenan repot memikirkan secara mendalam, sebenarnya hal ini bermanfaat untuk menata hati kedua belah pihak. Ya anaknya, ya walisantri/orangtuanya. 

Membiasakan diri tidak sedikit-sedikit nyariin anak atau walisantrinya. Tidak melakukan intervensi dengan mengatur pengasuh pondok pesantren harus begini dan begitu. 

Pernah loh ada walisantri yang protes kenapa anaknya diberi makanan yang kurang bergizi, tidak pake lauk ikan setiap harinya. Umur-umur segitu kan sedang masa-masa pertumbuhan, ntar kurang gizi dan tidak bisa menjadi anak yang pintar.

Anu... pondok pesantren ini sudah berdiri puluhan tahun. Semula dari pondok salaf, kini sudah ada boarding school-nya. Tentu saja sudah jutaan santri yang dihasilkan dari pondok pesantren ini. Jikalau masuk ke pondok merupakan upaya menghasilkan santri yang tidak sehat dan bodoh, bakalan udah ditutup sejak lama deh. 

Memang pada awalnya prihatin rasanya melihat menu para santri yang sangat sederhana. Tidak seperti di rumah, apa saja permintaan anak bakalan kita buatkan. Bahkan ada yang mulai ikhtiar makan menggunakan nasi jagung di pondok.

Tapi tenang saja, walisantri tetap bisa kok membekali anak-anaknya dengan berbagai vitamin, makanan maupun susu. Meskipun dalam kesehariannya para santri makan dengan menu sederhana, gizi tetap terjamin. 

Balik lagi, tujuan memasukkan anak ke pondok apa sih? Kalau tujuannya menguatkan pengetahuan keIslaman, sekolah biasa berbasis agama tanpa pondok pun banyak. 

Anak pondok memang dibiasakan untuk hidup sederhana di semua hal, mulai dari makan hingga berpakaian. Semua yang mereka makan sama, busana yang mereka kenakan pun tak jauh beda. Untuk santri laki-laki, mereka hanya diperbolehkan menggunakan kemeja lengan panjang, sarung dan peci. 

Semahal-mahalnya sarung kayak apa sih? Kemeja mahal pun kayak apa sih, paling gitu-gitu aja kan? Secara pribadi Ibu sangat setuju dengan ajaran hidup sederhana seperti ini. Hidup berdampingan dengan banyak orang memang ada seninya. Kadang kita tak bermaksud pamer, namun apa yang dikenakan anak kita bisa mengundang kesedihan anak lain yang kurang mampu.

Seragam sekolah pun bahannya sama. Ketika para santri berangkat ke sekolah, penampilan mereka seragam. Tidak ada yang lebih keren, tidak ada yang lebih jelek. Ibu pun misal harus mengenali Adek dalam kerumunan para santri, ga bakalan bisa nemu. Untung saja Adek punya tinggi badan di atas rata-rata, jadi dari jauh udah kelihatan. 😍



Penjengukan pertama merupakan saat yang sangat Ibu tunggu-tunggu. Pertama melihat Adek, duuhh kok kurus banget sih. Lalu Ibu pikir, kayaknya bukan hanya faktor turunnya berat badan deh, Adek sepertinya tambah tinggi juga. 

Saat berangkat ke pondok 2 bulan sebelumnya, tingginya masih sama dengan Ibu. Saat foto di atas itu, Ibu udah kalah tinggi, sejajar dengan telinga Adek. Padahal Ibu tuh termasuk pemilik tinggi badan yang lumayan loh. Kayak genter alias galah aja kamu, Dek. Baru kelas 1 SMP kok udah tinggi banget. πŸ˜€

Gapapa ya Dek kalau berat badan turun, masih adaptasi kan. Kayak Kakak dulu deh, setelah lewat masa adaptasi, berat badannya cenderung naik terus. Pulang-pulang malah badannya berisi, sehat dan penuh semangat. 

Insya Allah jadi anak sholih dan penuh empati pada sesama ya, Dek. Ibu berharap, selain mendapatkan pengetahuan keagamaan yang baik, Adek juga menguasai pelajaran sekolah secara maksimal. Semoga saat engkau dewasa, bisa menjadi pemimpin dalam banyak hal, terutama dalam hal-hal kebaikan. Aamiin..

35 comments:

  1. gimana lagi wajar saja Bunda, kan ada ikatan apalagi berjuang merih cita-cita.

    ReplyDelete
  2. namanya juga ibu ya mba, pasti sedih kalau berjauhan dengan buah hati, semoga semua yang di cita-citakan tercapai ya mba, amiiin

    ReplyDelete
  3. Aku termasuk yang cengeng mbak, apalagi kalau gak ketemu anak lama. Bakalan nangis Bombay. Anak udh kuliah kost di Bandung aja sedihnya kaya apa. Anaknya mah biasa aja. Ahaha

    ReplyDelete
  4. Ya ampun, hal yang sama yang dirasakan kakakku juga saat antar keponakan ke pondok untuk pertama kalinya. Begitu udah lama di pondok saat mengantarkan kembali seringnya ada rasa sedih saat melepasnya kembali untuk menempuh ilmu di sana begitu di perjalanan pulang dari pondok.
    Semoga adek, maupun kakak bisa dpatin 2 ilmu ya, ilmu agama dan juga ilmu pengetahuan umum lainnya sekalipun di pondok

    ReplyDelete
  5. huhu nanti bakalan ada masanya aku seperti mba uniek, melepas anak :( sekarang aja ditinggal berjam-jam diajak main ayahnya, rindu itu udah ga tertahan.

    ReplyDelete
  6. duh gak kebayang beratnya ldr-an sama anak kayak gimana yah mbaak
    aku ditinggal ama anak buat nginep di sepupunya aja bawaannya pengen video call terus dan nanya lagi pada ngapain hehehehe

    Semangat terus yah mbaaak, Insya Allah adek bisa menuntut ilmu dengan baik di pondok yaah

    ReplyDelete
  7. Masya Allah ... si Adek sudah setinggi itu sekarang ... alhamdulillah sejauh ini betah di pondok ya, Mbak Uniek. Pola makan sederhana yang diterapkan di pesantren sebenarnya bagus ya buat anaknya agar terbiasa memakan segala makan, tidak manja. Apalagi dengan nilai gizi yang terjaga ... alhamdulillah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju sekali, kak Niar.
      Kami pun membiasakan adab yang baik belum bisa, jadi salah satu jalannya adalah dengan memondokkan anak. Alhamdulillah, kini sudah banyak pondok yang sesuai dengan "keingina" orangtua. Hehe, jadi bismillah.. In syaa Allah saling mendoakan dalam kebaikan.

      Delete
  8. baca tulisan ini jadi ngebayangin anak saya nanti mau pesantren, pasti sedih n kepikiran, hehe. Kira-kira saya sanggup gak ya menghadapi hari itu. Btw anaknya happy keliatannya bun. mungkin bulan pertamanya gak naik berat badannya karena memang kadang kepikiran rumah, hhe. tapi seiring waktu jadi terbiasa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anakku masih la baru masuk waktu sekolah, ada ketertarikan pengen masukin ke pesantren juga, tp pernah urung gara gara kasus di pesantren Gontor itu, smga bisa jadi pembelajaran

      Delete
  9. Deeek..lha kok wis duwur nemeen ki bujange ibuk?? Semoga lancar nyantrinya dan sukses selalu yaaa..

    ReplyDelete
  10. sy tau bagaimana rasanya seorang ibu dengan anak laki-laki, apalagi berpisah untuk urusan pendidikan. Semoga anaknda makin pinter dan menjadi orang sukses dikemudian hari. Aaamin.

    ReplyDelete
  11. Amiiin semoga Allah selalu menjaga anakndanya bun...menuntut ilmu bekal untuk bekal dunia akhirat. Bunda harus ikhlas nanti kalau sedih mikir terus anaknya berasa.kepikiran juga.

    ReplyDelete
  12. Masya Allah, Faris udah lebih tinggi dari Ibu. Cepet banget ya pertumbuhan anak-anak itu, mbak Niek. Semoga Faris dimudahkan menerima ilmu yang dipelajari selama di pondok, insya Allah menjadi tabungan amalan orang tuanya juga

    ReplyDelete
  13. Mbak hebat banget bisa melalui dua anak masuk ke ponpes. Saya, si kakak ke kemah saja udah kepikiran terus :( Insya Allah anaknya sehat selalu ya mbak, lancar nyantrinya dan jadi anak solih. Semangat juga mbak Uniek. ^^

    ReplyDelete
  14. Ah iya, pondok pesantren banyak dipilih untuk melanjutkan pendidikan ya mbak
    Tapi kadang orang tua suka galau saat melepas anaknya melanjutkan pendidikan di pondok pesantren

    ReplyDelete
  15. Mbak Uniek, mondokke anak tu katanya memang harus teteg ya hatinya. Aku kayaknya belum bisa deh. Bulan Agustus lalu pas acara pengurus KEB di Jogja 3 hari thok aja, aku nangis-nangis melulu. Ndilalah anakku tak tawari mondok juga belum mau.

    Oiya, udah pernah cerita belum awal mula kenapa memilih memondokkan anak-anak? Mau baca dong..

    Btw, Mbak Uniek sekarang berduaan thok sama suami dong? Ihiiirrr.. 🀭

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belum pernah sih klo cerita kenapa pilih pondok karena alasannya sangat pribadi yang seringnya orang lain tidak memahami. Klo disederhanakan sih penginnya bisa jadi wasilah bagi anak dan ortunya menuju jannah.

      Delete
  16. Duh sy belum bisa melepas nih anak-anak mondok jadilah pilih sekolah islam. Belum siap rumah sepi . Btw semoga pendidikan di pesantrennya lancar ya

    ReplyDelete
  17. MashaAllaah~
    Memang sungguh gak mudah berpisah dengan ananda yaa, kak Un..
    Udah gak bisa digambarin perasaannya. Aku belum mengalami..tapi kemarin ada di masa-masa yang galau berat sampai nangis sesenggukan pas anak-anak bobok sampai mata bengkak.

    Gak bisa tidur akhirnya telp Ibuk buat curhat.
    Semoga Allah mudahkan, Allah lancarkan semua ikhtiar ini dan menjadikan semuanya bermanfaat sebagai penolong ananda dan keluarga di akhirat kelak.

    Tabarakallahu~

    ReplyDelete
  18. Menangis itu wajar, karena sedih adalah perasaan. Masya Allah tapi kuat banget, ya, Bu. Setelah Kakaknya selesai mondok, langsung gantian sekarang Adek. Aku cuma baca aja sudah ikutan mewek, Bu...

    Semoga menjadi anak yang sholeh, menjadi pembawa kebaikan di keluarga. Aamiin.

    ReplyDelete
  19. Aku engga sih sudah biasa bahkan ada anak yg sudah dua tahun ga pulang karena lagi kuliah di negeri orang alhamdulillah sudah wisuda, jadi kalau urusannya beres bisa pulang ...tapi pernah nangis tuh waktu si tengah balik mondok karena sedih ga ada anak rajin yang bantu2 ..hahaha....(emak apaan ini..xixixi)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaaa.. iya, ga ada yg dimintain tolong klo pas di rumah. Sepakat klo itu, Mba. ))

      Kayaknya saya juga udah biasa anak2 ga di rumah, tapi tetap ketika kondisi tenang ga ada yg dikerjakan atau dipikirkan, rasa kangen itu tiba2 nyelonong gitu aja tanpa permisi.

      Delete
  20. Saya selalu salut mbak dengan anak2 yang memutuskan untuk belajar di pondok pesantren. Haru bahkan sedih karena harus berpisah dengan buah hati pasti wajar ya mbak namanya ada ikatan batin, namun pada akhirnya hal ini akan membuat anak mandiri dan lebih dewasa...bahkan bdrkat ilmu2nya dari pondok niscaya anak pun akan tumbuh menjadi pribadi yang sholeh dan taat pada agama.

    ReplyDelete
  21. salfok ama mba uniek yang awet muda bangeet.. apakah rahasianya ada pada rutinitas harian dan olahraga yaa mba? btw aku pun kayaknya kalau melepas anak ke pondok bakal mewek.. kayak terharu banget kok udah gede dan belajar hidup mandiri

    ReplyDelete
  22. Si kakak sudah kelas 4 SD tapi kalau ngobrolin soal pondok si anaknya belum mau, katanya nggak mau jauh dari Mama he he. Yah mungkin karena ayahnya juga kerjanya pindah-pindah. Sekarang harus LDRan lagi. Jadi dia nggak mau hauh-jauhan dari Mama + adeknya. Tapi mudah-mudahan sih terlaksana rencana masuk SMP n SMA IT. Ada opsi boarding housenya juga, at least bisa punya teman yang sudah mencipi sekolah jauh dr ortu. klo urusan jauh-jauhan ini kan bisa aja ntar kuliahnyapun jauh dari ortu πŸ™ˆ Btw semoga sehat selalu di pondok ya, Kak. Lancar lancar juga studinya.

    ReplyDelete
  23. Huwaaa gak mudah emang pisah dari anak. Kyknya kmrn masih cilik kita gendong2 eh sekarang udah gede dan mandiri. Tapi insyaAllah karena tujuannya baik ortu cuma bisa berdoa Tuhan yang jaga ya mbak.
    Aku msh menimbang2 jg apakah si anak enaknya masuk pesantren atau gak tp tetep kudu nanya dulu anaknya mau apa gak hehe.

    ReplyDelete
  24. Jadi inget dulu pas dipondokkan sama orang tua Bu, baru mengerti ternyata memang perjuangan lahir dan batin buat memondokkan buah hati ya Bu πŸ˜πŸ‘

    ReplyDelete
  25. Melepas anak ke pondok memang jadi satu drama tersendiri pada perjalanan keluarga ya, mbak. Inget deh cerita2 teman yang punya pengalaman serupa dengan mbak.

    ReplyDelete
  26. Jadi teringat pengalaman acil / tanteku baru aja melepas sulungnya masuk pondok di Malang, yang mewek anaknya sih karena selama ini ga pernah jauh dari orang tua tapi aku yakin acilku juga pasti sedih sekaligus haru hehe tapi nggak apa apa ya insha Allah kerinduan akan jadi ladang pahala.

    ReplyDelete
  27. beberapa waktu lalu suami sempat membahas akan menyekolahkan anak kami ke pesantren dan entah mengapa saya kok sedih yaa memikirkan harus berpisah dengan anak. Entah nanti bagaimana kelanjutannya, kami belum ngobrolin lagi soalnya saya udah baper duluan

    ReplyDelete
  28. Saya selalu pikir kuat banget ya orang tua2 yang bisa berpisah dengan anak karena anaknya ke pondok, saya sendiri pisah sehari dengan anak saja sudah rindu berat.

    ReplyDelete
  29. Aku juga kayaknya bakal tim mewek kalau tiba-tiba harus LDR an sama anak, Mbak. Gitu itu kan emang udah naluri ya Mbak.. Ih Mbak Uniek sekarang superheronya tambah tinggi ya

    ReplyDelete
  30. Saya tergolong kuat kalau melepaskan anak kemana pun dia pergi, justru bapaknya yg suka tidak tega. Tidak nangis sih, tapi hampir tiap hari ditanyain kabarnya. Kebalik yah? Hahaha.

    ReplyDelete
  31. cepet ya mak anak-anak dah gede dan mondok sekarang. masyaallah dulu masih kecil2 sehat-seehat ya. aku belum tahu lepasin ke mana, cuma ga pengen anak jauh-jauh dari akuu pengennya

    ReplyDelete