Sunday, February 12, 2023

Komunikasi dengan Guru

 

Beberapa kali Ibu merasa agak gimana gitu ketika teman yang Ibu curhati malah jawab : Makanya, dikomunikasikan dengan guru di sekolah anak-anak, dong. Andaikan bisa semudah itu bertemu dengan guru-guru SMP ataupun SMK dimana anak-anakku sekolah.

Kakak dan Adek sama-sama mondok di luar kota. Ayah dan Ibu hanya bisa memantau perkembangan mereka di sekolah saat ada penjengukan saja. Jatah sebulan sekali aja belum tentu semenjak pandemi. Bertemu dengan anaknya aja susah gimana mau ketemu gurunya hehehee...

Normalnya sih apa saja yang terkait pembelajaran di sekolah, memang sebaiknya orangtua menjalin komunikasi yang baik dengan para guru. Dalam kondisi ideal dimana anak masih tinggal bersama dengan orangtua, pola komunikasi dengan guru sekolah sebaiknya dibentuk dengan baik. 

Bukan berarti orangtua yang anaknya mondok tidak berkomunikasi dengan baik pada guru. Ada situasi berbeda yang membuat orangtua sulit untuk bisa bertemu dengan para guru ini. Jujur saja, Ibu BocahRenyah hampir tidak mengenal guru-guru di sekolah Kakak dan Adek. 😀

Ada satu peristiwa yang berkaitan dengan guru yang Ibu ingat sampai sekarang. Kejadiannya saat Adek masih kelas VI SD. Saat itu masih masa peralihan dari pembelajaran daring ke luring. Masuk sekolah paling hanya sekitar 2 jam per hari.

Bagi kita para orangtua yang mengalami betapa beratnya sekolah dari pagi hingga sore, tentunya bakalan bertanya-tanya, sekolah apa itu kok cuma 2 jam? Apalagi selepas dari pertemuan tatap muka itu, tidak ada tambahan pelajaran lagi.

Yang punya anak kelas VI SD tentu paham betapa resahnya ketika melihat si buah hati santai-santai saja. Tidak mengerjakan tugas sekolah, tidak ada PR, tidak ada tambahan pelajaran, tidak mendapat buku pendampingan yang berisi contoh-contoh soal ujian, seperti kurang aja kan rasanya.

Dulu waktu Ibu kelas VI SD, sejak pertengahan semester sudah digembleng dengan berbagai latihan soal. Makanya, berasa aneh aja saat Adek santai kayak di pantai, ga ada tugas ataupun tambahan pelajaran dari sekolah.

Tanpa bermaksud mendiskreditkan sekolah dimana si Adek belajar, tampaknya memang pihak sekolah kurang mendorong para murid kelas VI untuk giat belajar. Ada sebagian yang ikut les di sana-sini, inisiatif dari orangtua murid sendiri. Ibu juga gitu sih. 

Khusus untuk pelajaran matematika yang kurang dikuasai Adek, Ibu mengikutkan Adek les di salah satu guru matematika yang memang sudah terbukti kemampuan dan kesabarannya dalam membimbing anak-anak. 6 tahun yang lalu, Kakak juga ibu ikutkan les guru tersebut, alhamdulillah, hasilnya cukup bagus. Yang tadinya berantem terus dengan Ibu saat belajar matematika, ternyata saat belajar dengan guru tersebut Kakak jauh lebih paham. Ibu-ibu yang sama nasibnya dengan Ibu BocahRenyah boleh angkat tangan tinggi-tinggi lhoooo...

Ibu sudah pernah mengeluhkan betapa santainya gaya belajar Adek ini. Bahkan setelah melalui pertimbangan panjang, kira-kira nanti pak guru tersinggung atau tidak, akhirnya Ibu menanyakan apakah tidak ada pengayaan materi untuk murid-murid kelas VI.




Laah gimana coba, udah kurang sebentar mau ujian kelulusan kan, masak bisa gitu sesantai itu. Penginnya kan anak tekun belajar, mencermati soal-soal yang diberikan. Kalau misal ada yang kurang paham, bisa tanya jawab dengan Ibu. Eh, ini giliran ditanya gimana sudah paham dengan pelajaran apa belum, Adek menjawab sudah bisa. Giliran bukunya Ibu baca dan ajak tebak-tebakan, dia ga bisa jawab sama sekali. Garuk-garuk tembok ga siiyy... 😁

Setelah itu memang ada beberapa latihan soal yang diberikan di kelas. Tetap saja menurut Ibu kurang maksimal. Cuma dikiiiitt... Duh ibu macam apa ini ya, kok bawaannya mau nyiksa anak pake latihan soal hahahaha...

Numpang curhat dikit ya buibuuuu... gitu deh rasanya punya anak kelas VI yang santai aja menghadapi kelulusannya, padahal ibunya udah resah gelisah tak menentu. Alhamdulillah, meskipun tampak santai di luar, ternyata Adek serius saat mengerjakan tes akhirnya. Nilai akhir yang didapatkannya bisa digunakan untuk mendaftar ke SMP Negeri favorit di Semarang. 

Iya, nilainya lebih dari cukup dan diterima di SMP tersebut. Hanya saja, si bocah sudah berangkat ke pondok pesantren. Keputusan untuk mengirim anak sekolah sembari menjadi santri juga berlaku untuk Adek. Sama dengan Kakak yang sudah menjalani masa nyantri selama 6 tahun di salah satu pondok pesantren di Magelang. 

Insya Allah, keputusan mengirim anak ke pondok bukan karena anak kita nakal atau kurang mampu bersaing di sekolah negeri ya, Moms & Dads. Selama ini pernah mendengar ada orangtua yang mengancam anaknya kalau nakal ntar dikirim ke pondok. Waduuwww... Tidak seperti itu ya konsepnya.

Nah, gimana dengan Moms & Dads lainnya, selama ini sudah menjalin komunikasi yang seperti apa dengan para guru? Trus yang anak-anaknya duduk di kelas VI SD, sudah punya rencana hendak melanjutkan ke SMP mana nih?

35 comments:

  1. setuju sekali kak, bisa menghantarkan anak-anak masuk pondok adalah kebahagiaan tersendiri sebagai orang tua ya. apalagi sekarang ini pondok malah lebih keren ketimbang sekolah biasa ya

    ReplyDelete
  2. Kurasa guru dan murid jaman now (sebagian) santuyyyy karena memang nyaris ga ada tuntutan mba

    Kyk daftar smp / sma negri kan
    mostly berdasarkan zonasi. Jadi, yg ribey adalah para ortu yg kudu ngurus surat palsu keterangan domisili 😆😆😆

    ReplyDelete
  3. Kalau guru-guru sekolah anak pertama saya, enak diajak komunikasi, dan rajin ngajak ortu murid komunikasi. Kalau guru anak kedua saya malah jarang, komunikasi hanya pas terima raport dong hahaha. Padahal itu penting juga ya :)

    ReplyDelete
  4. Hehe ... aku jarang berkomunikasi dengan guru anakku. Meskipun ada banyak yang sebenarnya pingin disampaikan. Pendapatku, instasi sekolah dan guru adalah bala bantuan buatku dalam mendidik anak-anak.

    Jadi aku tetap mengambil sepenuhnya tanggung jawab tentang itu. Jika ada beberapa hambatan, yang kulakukan adalah membentuk si anak agar paham bahwa di dunia memang tak ada yang mudah.

    Biasanya permasalahannya adalah bersama teman-teman. Selalu mengingatkan saja, kalau dirinya ke sekolah adalah untuk menuntut ilmu, jika ada beberapa hal di luar berusaha mendapatkan ilmu. Minta anak untuk fokus pada belajar, dan mengabaikan hal lain.

    ReplyDelete
  5. Jarang memang komunikasi dengan guru karena sulitnya, tetapi informasi dari guru pun belum sepenuhnya karena anak lebih sering sama temannya. Untuk tahu kegiatan anak pastinya lebih jalin komunikasi kesemuanya saja. Memang terbatas, ya, kalau anaknya sudah SMP, SMK, yang lain mondok. Hal yang terpenting anak fokus dengan sekolahnya saja dan hati-hati dalam bergaul.

    ReplyDelete
  6. Komunikasi orang tua dan guru ini salah satu hal yang paling penting ya. Bukan hanya komunikasi tentang pelajaran atau performa anak di sekolah, tapi juga soal sosialisasi anak dan teman-temannya. Namanya ngirim anak ke sekolah itu ya ada potensi senggolan dalam batas wajar. Tapi ada juga yang sudah nggak wajar seperti saat keponakan saya dibully teman-temannya saat guru nggak di kelas, dan pihak sekolah minim komunikasi. Rasanya greget.

    ReplyDelete
  7. kalo gurunya ngejadwalin pertemuan dengan orang tua murid rutin gitu lebih asik ya jadinya bisa komunikasi lebih leluasa jugaaa, kaya di sekolah keponakan aku ada jadwalnya gitu sebulan sekali hihi

    ReplyDelete
  8. Aku belum pernah punya pengalaman keluarga yg mondok begini, jadi kurang tahu dengan sistem pengajarannya termasuk komunikasi ortu-guru di sekolah dengan sistem mondok. Tapi kupikir tetap perlu ada jalur komunikasi khusus antara pihak sekolah dg ortu siswa ya meskipun hanya dalam waktu2 tertentu..

    ReplyDelete
  9. Sekarang mindset masuk pesantren sudah jauh sekali bergeser, kak Uniek..
    Alhamdulillah~
    Banyak sekali pesantren yang memiliki santri luar biasa dengan prestasinya. Dan didukung oleh penerimaan hafiz hafizah Al-Qur'an sebagai pra-syarat masuk kampus negeri.

    Jadi, gak pernah terlintas lagi nih.. bahwa pesantren jadi tempat orangtua cuci tangan akan pengasuhan. Karena meski di pesantren, pembinaan dan kerjasama terhadap orangtua malah sangat diperlukan agar tidak kehilangan masa-masa dekat dengan remaja.

    ReplyDelete
  10. Adek aku jg masuk pesantren bukan karena nakal sih, tapi hrapannya biar dia bisa tahu ilmu dasar kehidupan yakni agama, kalau agamanya bagus, kami yakin dunianya jg bakal ikut.

    ReplyDelete
  11. aku juga mirip begini nih mba... baweeeel banget sama anak - anak, termasuk kalau udah mau ujian. Kadang mereka protes, kok mama yang sibuk sih hehehe

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah untuk saat ini gurunya anakku komunikatif banget dengan walimurid, apa karena masih TK yah hahaha.. tp emang itu penting sihh kita jadi lebih tenang dan plong aja gitu kalau dpt laporan perkembangan anak2

    ReplyDelete
  13. Mendampingi anak-anak dalam urusan sekolah itu sepertinya memang agak ngeri-ngeri sedap gimana gitu, ya, Kak. Hehe. Sukses selalu untuk pendidikan buah hatinya.

    ReplyDelete
  14. nah aku tuh paling seneng kalau dapet guru yang komunikatif, nah kebetulan tahun ini anakku dapet guru yang kurang komunikatif, agak sebel jadinya

    ReplyDelete
  15. Yang sabar, Mbak, setiap anak lahir membawa bakat dan potensi masing-masing. Mungkin belum kelihatan saja sekarang. Mudah-mudahan seiring bertambahnya umur, mereka menemukan potensinya sendiri.

    ReplyDelete
  16. Hihi memang ya biasanya anak di masa ujian santai, Ibu yang resah dan gelisah. Kalau aku ga berkabar sama guru paling banter kalau anak ga masuk saja. Selebihnya ga terlalu berkomunikasi selama masih di jalannya dan ga ada masalah :)

    ReplyDelete
  17. Penting banget menjalin komunikasi yang baik dengan guru y mbak
    Sebab guru adalah partner orang tua dalam mendidik anaknya

    ReplyDelete
  18. heuu iya ya kalau anak pondok waktu jenguk ya ketemunya si anak, bukan gurunya.
    trus apa ga ada WAG atau saluran komunikasi apa gitu supaya guru dan ortu bisa saling berkabar? kayaknya pas TK SD aja yah yang masih aktif komunikasi guru dengan orang tua.

    ReplyDelete
  19. Kalau waktu daku kelas 6 SD mah banyak pengayannya mbak, buat persiapan masuk SMP. Mendiang mamaku rahimahullah juga mendukung semangat belajar. Mungkin ya tergantung sekolah atau gurunya kali ya.

    ReplyDelete
  20. Sebagai guru saya pun menganggap komunikasi dengan orang tua sangat penting, tapi terkadang begitu syulit. Waktunya yg pas itu susah dapatnya. Saat orang tua siap, kitanya yg belum siap karena tuntutan waktu ngajar di kelas lain atau tugas lainnya. Yg jelas guru dan orang tua sebaiknya berkomunikasi secara intens itu diperlukan demi kemajuan anak, kalau ada guru yg cuek itu oknum saja sih.

    ReplyDelete
  21. Aku juga pengen mondokin anakku, tapi ngga tega jauh2 dari anak wkwkwk. Bukan karena nakal sih, cuma pengennya dia belajar agama lebih dalam dari ahlinya.

    ReplyDelete
  22. Ya Allah jadi mupeng dengan guru seperti ini nggak sabar anak-anak sekolah

    ReplyDelete
  23. Alhamdullilah Guru wali kelas anakku yang SMK sekarang baik banget dan selalu update aktivitas anak-anak di sekolah, hal sekecil apapun bakalan di laporin ke orangtua, soalnya butuh banget komunikasi seperti ini mengingat usia anak-anak sudah memasuki remaja. Mudah-mudahan kita selalu diberikan kesehatan mengantarkan anak-anak menuju masa depannya yang terbaik.

    ReplyDelete
  24. komunikas antara orang tua dg pihak sekolah memang urgent lho. dan adari jurnal yang pernah aku baca ini sangat erat kaitannya dengan prestasi siswa di sekolah.

    ReplyDelete
  25. Saya lumayan intensif berkomunikasi dengan guru, bagaimanapun menurut saya pendidikan di rumah harus singkron biar anak-anak terdidik dengan baik. Kalau mau mondok atau tidak itu sih pilihan masing-masing. Dimana pun anak bersekolah yang penting barokah dan mendekatkan ananda pada Allah.

    ReplyDelete
  26. Anakku masih mau masuk PAUD mbak. Masih belum kebayang gimana kalau anak mondok kaya gimana.

    ReplyDelete
  27. paling sneang kalau dapat guru yang menyenangkan yang bsia diajak diskusi soal pelajaran dan ga bosen buat jelasin saat kita belum paham

    ReplyDelete
  28. Berat pastinya melepas anak mondok di pesantren. Ini dilakukan demi masa depan anak.

    Ancaman anak yg bandel utk dipondokan emang sering didengar bahkan sekelas Raffie Ahmad saja mendidik Rafathar dg ancaman itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yah... sekelas Raffie kita juga tidak tau kan mba background pikirannya gimana sehingga bisa gitu :)) Mungkin mewakili banyak pihak yang masih punya anggapan yang sama.

      Delete
  29. Biasanya kalau pesantren, jalinan komunikasi antara orangtua dan guru otomatis berjalan lancar, bukan kak Un..?
    Mengingat orangtua menitipkan amanah ke pesantren sedangkan pesantren juga menjalin komunikasi dengan memberitahukan aktivitas serta perkembangan ananda selama menimba ilmu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Klo di pondok anakku jelas sulit sekali bisa ketemu dengan guru, Len. Kapan ketemunya kaaann... Lihat anak kita di sekolah aja tidak bisa. :))

      Delete
  30. Komunikasi orangtua dengan murid itu penting banget ya. Jadi kita tahu perkembangan anak, dan bisa diskusi jika ada masalah urgen juga.

    ReplyDelete
  31. Komunikasi dengan guru itu penting ya. Kita bisa tahu perkembangan anak. Juga bisa diskusi jika ada hal urgen.

    ReplyDelete
  32. bisa jadi catatan untuk saya nih yang anaknya belum usia sekolah, mencari sekolah yang komunikatif 😇 noted mba

    ReplyDelete
  33. Kami juga berencana semua anak-anak mondok pas SMP nanti. Yang sulung sudah mondok sekarang kelas 2 SMP. SD pun gak sekolah negeri karena memang berusaha dicarikan lingkungan yang islami. Bener ya Mbak, bukan karena anak nakal gak sekolah negeri.

    ReplyDelete